Sunday, August 31, 2008
Monday, August 04, 2008
"Rumah"
Coburg, Victoria
Rumah ini begitu bagus
Luas, asri, teratur, indah
Ini mungkin rumah impian mama
Sangat beda dengan rumah Bona Indah
Rumah Bona,
Luasnya tidak jauh lebih besar dari 100 m2
Halamannya pun tidak ada :p
Kamar mandinya bahkan tidak bisa dikunci :p
Tapi ,
Disitulah makna ‘rumah’ terletak
Luas bangunan yang minim memaksa kami menjadi akrab
Terlalu akrab mungkin..
Tidak ada rahasia
Hingga
Tidak setetes air mata pun bisa disembunyikan
Di rumah ini, berapa lama seseorang menangis pun
mungkin tidak akan ada yang tahu
Rumah ini terlalu ‘luas’
Perabotan yang mewah
Tata Ruang yang apik
Pemandangan yang indah
Tidak menciptakan suasana ‘rumah’
Dua minggu lalu di rumah ini aku menangis
Ketika membaca layar ponsel bertuliskan:
“mama disini sedang makan malam sendiri, Fina, Kak ali sudah tidur
Ima sudah makan belum? Ima makan malam dengan siapa?”
Ya, di rumah Bona
seringkali mama minta ditemani makan
Dulu setiap mama meminta ditemani
Aku paling hanya tertawa sambil bercanda:
Udah gede kok masih minta ditemani
Begitu pikirku
Tapi,
sering juga aku terlambat kerja
Karena tidak tega menolak ajakan mama:
“temenin mama makan siang dulu yuk!”
Malam itu, aku terus menangis
Membayangkan mama makan seorang diri
Menyesal rasanya tidak selalu menemani mama makan
dulu....
Minggu lalu,
Aku kembali menangis di rumah mewah ini
Saat itu baru jam 8 malam,
Aku baru saja diantar om dan tante ke rumah ini
Jam 8 malam.
Tidak ada suara di rumah ini.
Tidak ada sambutan untuk orang yang baru datang.
Gelap.
Sunyi.
Aku langsung menuju kamar ‘kos’ ku
Kamar yang bagus dan lengkap.
Di rumah bona, aku tidak punya kamar
Tapi kamar siapapun bisa berasa nyaman
seperti kamar sendiri
Tak lama kemudian,
Aku lapar.
Aku memasak mie instan.
Aku duduk di sofa yang nyaman.
Menyalakan tv
Lalu makan dalam sunyi dan kegelapan.
Tanpa kusadari,
Air mata terus menetes.
Aku baru mengerti perasaan mama.
Selama ini
Saat itu, untuk pertama kalinya,
Aku merasa sangat ingin ditemani.
Untuk urusan sederhana
Makan!
Dulu, aku hampir tidak pernah bermimpi
untuk
Kemewahan
Keindahan
Kekayaan
Aku hampir tidak memiliki semua itu.
Tidak juga tertarik
Karena memang tidak biasa merasakannya
Sekarang semua sudah ada di depan mata
Begitu dekat
Tapi aku masih mempunyai satu keinginan,
Aku bermimpi ingin merasakan
Kehangatan rumah
Itu saja.
Melbourne, 04 Agustus 2008
Rumah ini begitu bagus
Luas, asri, teratur, indah
Ini mungkin rumah impian mama
Sangat beda dengan rumah Bona Indah
Rumah Bona,
Luasnya tidak jauh lebih besar dari 100 m2
Halamannya pun tidak ada :p
Kamar mandinya bahkan tidak bisa dikunci :p
Tapi ,
Disitulah makna ‘rumah’ terletak
Luas bangunan yang minim memaksa kami menjadi akrab
Terlalu akrab mungkin..
Tidak ada rahasia
Hingga
Tidak setetes air mata pun bisa disembunyikan
Di rumah ini, berapa lama seseorang menangis pun
mungkin tidak akan ada yang tahu
Rumah ini terlalu ‘luas’
Perabotan yang mewah
Tata Ruang yang apik
Pemandangan yang indah
Tidak menciptakan suasana ‘rumah’
Dua minggu lalu di rumah ini aku menangis
Ketika membaca layar ponsel bertuliskan:
“mama disini sedang makan malam sendiri, Fina, Kak ali sudah tidur
Ima sudah makan belum? Ima makan malam dengan siapa?”
Ya, di rumah Bona
seringkali mama minta ditemani makan
Dulu setiap mama meminta ditemani
Aku paling hanya tertawa sambil bercanda:
Udah gede kok masih minta ditemani
Begitu pikirku
Tapi,
sering juga aku terlambat kerja
Karena tidak tega menolak ajakan mama:
“temenin mama makan siang dulu yuk!”
Malam itu, aku terus menangis
Membayangkan mama makan seorang diri
Menyesal rasanya tidak selalu menemani mama makan
dulu....
Minggu lalu,
Aku kembali menangis di rumah mewah ini
Saat itu baru jam 8 malam,
Aku baru saja diantar om dan tante ke rumah ini
Jam 8 malam.
Tidak ada suara di rumah ini.
Tidak ada sambutan untuk orang yang baru datang.
Gelap.
Sunyi.
Aku langsung menuju kamar ‘kos’ ku
Kamar yang bagus dan lengkap.
Di rumah bona, aku tidak punya kamar
Tapi kamar siapapun bisa berasa nyaman
seperti kamar sendiri
Tak lama kemudian,
Aku lapar.
Aku memasak mie instan.
Aku duduk di sofa yang nyaman.
Menyalakan tv
Lalu makan dalam sunyi dan kegelapan.
Tanpa kusadari,
Air mata terus menetes.
Aku baru mengerti perasaan mama.
Selama ini
Saat itu, untuk pertama kalinya,
Aku merasa sangat ingin ditemani.
Untuk urusan sederhana
Makan!
Dulu, aku hampir tidak pernah bermimpi
untuk
Kemewahan
Keindahan
Kekayaan
Aku hampir tidak memiliki semua itu.
Tidak juga tertarik
Karena memang tidak biasa merasakannya
Sekarang semua sudah ada di depan mata
Begitu dekat
Tapi aku masih mempunyai satu keinginan,
Aku bermimpi ingin merasakan
Kehangatan rumah
Itu saja.
Melbourne, 04 Agustus 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)