Sunday, November 21, 2010

Pak!



Minggu,
21 November 2010.

Pukul 10.00 Waktu Indonesia Barat.

Seperti biasa, saya sedang berkutik dengan thesis.
Kali ini,
saya duduk di sudut kamar.
Dekat balkon.
Menyeruput teh manis.
Mengenakan daster dan sarung. haha. <-abis deket balkon sih, malu keliatan tetangga klo duduknya ga bener ^,^

Dari sudut balkon,
terdengar suara tukang ayam melintas.
Diiringi deru suara motor, tukang ayam memanggil para penghuni komplek: "ayam, ayam!"

Tak berapa lama,
saya pun
mendengar suara seorang perempuan
Sepertinya dari rumah sebelah.
Suara itu berbunyi: "ayam, ayam, ayaaam, ayaaaaaaaaaaaaaaaaaam!"

Ia memanggil tukang ayam,
tapi tukang ayam tidak kunjung menanggapi.

Telinga saya pun terus mendengar suara panggilan: "ayam, ayaam, ayaaaam, ayaaaaaaaaaaaaaaam...PAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"

dan tukang ayam akhirnya berhenti.



karena tukang ayam juga bapak-bapak...^,^

Wednesday, November 10, 2010

( m a t i )

Kamis lalu,
Selepas bekerja membagikan majalah di pagi hari.

Seperti biasa, saya merasa lapar.
Saya pun berjalan ke Subway Elizabeth Street.

Di Subway, saya berpikir agak lama.
Kali ini, saya ingin memesan yang ‘mungkin’ halal.

Beberapa minggu terakhir,
Saya terus ke perpustakaan.
Tapi tidak produktif.

tidak bisa belajar karena ‘sakit-sakitan’ setiap kali menyalakan komputer.

‘Sakit-sakitan’ karena ‘unconscious stress’, kata dokter

Meski berniat ke perpustakaan untuk mengerjakan thesis, saya lebih banyak mengakses internet untuk membaca “cara menghilangkan stress” He.

Dari sekian artikel kesehatan, saya sempat membaca hadis tentang lambung sebagai sumber penyakit.

Membacanya saya jadi berpikir: “jangan-jangan saya sakit-sakitan terus, gara-gara makanan saya tidak saya jaga!”

Di sini, asupan makanan saya memang seringkali asal, tidak pasti halal.

Jika abah tahu, saya pasti akan dicerahami soal haram, daging dalam tubuh, aliran darah, dan akhlak.

Ah ,pusing!

Di sini, saya paling sering makan di subway, restoran cepat saji dekat kampus dan dekat tempat saya bekerja.

Jika ke subway, Saya lebih sering memesan “seafood sensation”

Paling murah, dan lebih enak dari pilihan seharga sama :P

Pagi itu, Saya bosan memesan ‘seafood sensation”

Tapi saya tidak mau memesan menu daging ataupun ayam <- Kemungkinan tidak halal mungkin lebih besar :P

Saya pun memutuskan untuk memesan roti tuna.
Saya tidak memakan roti sembari menunggu tram datang.

Di tram,
Saya langsung memakan roti saya.
Tanpa Ba-bi-bu menawarkan pada orang lain.

Lagipula, saat itu saya sendiri.
Dan saya terlalu lapar. He.

Ah, meski tidak terlalu suka Tuna.
Enak juga rasanya jika makan dikala lapar.

Selesai makan,
Saya baru sadar, saya duduk berhadap-hadapan dengan seorang nenek-nenek.

Nenek-nenek ini rapih.
Cara berpakaiannya bagus.
Cantik :)

Meski saya tahu kaum lelaki cenderung sungkan untuk memuji ataupun dipuji nenek-nenek. He.

Saya teringat kakak saya yang protes jika saya sampaikan salam dari nenek-nenek:
“Kak, kata neneknya teman Ima , Ka kali ganteng, salam kak!”

Kakak saya pun seringkali tidak menghiraukannya:
“Ima suka gitu deh, salam dari nenek-nenek segala disampein ke kakak. Ga penting Im neneknya bilang apa tentang ka ali…Kalau yang komentar cucunya, itu bisa jadi penting!”

Mengingat komentar kakak tentang nenek-nenek, saya pun tersenyum geli sendiri,

Saya lantas menunduk menahan tawa.
Saat menunduk dan melihat nenek ini mengenakan sepatu hak tinggi: “wah mantap juga ni nenek!”

Di sini,
Saya paling sering pakai sandal jepit. He.
Karena di sini, mau tidak mau, saya jadi banyak jalan.

Semua sepatu seringkali terasa sakit.
Tidak seperti leher saya yang tidak tahan dingin, kaki saya tidak terlalu sensitif pada suhu yang dingin.

Saya pun memperhatikan kaki si nenek,
Bening.
Mungkin, baru saja di shave atau di wax:P

Si nenek mengenakan sepatu berwarna biru navy, rok selutut, dan blazer berwarna senada.

Blazer itu menutupi kemeja putih, yang ia padu dengan syal satin berwarna biru muda.
Bagus nek! :)

Saya pun tersenyum menatap si nenek,
Ia tersenyum ragu.
Bibir itu dioles oleh warna lipstick favorite saya.

Peach!
Tidak glossy.
Tidak gliterry.
Pas!
Tampak bagus pada bibirnya.

Saya penasaran merk apa dan nomor berapa yang Ia pakai. He.

Saya ingin bertanya, tapi malu :(

Saya terus memperhatikan warna lipstick yang mencerahkan wajah sang nenek.

Wajahnya yang penuh keriput.
Keriput di sekitar bibir, mata, dagu,
Pipinya pun begitu kendur.
Padahal tubuhnya sedikit gemuk.

Setiap mulutnya bergerak,
Saya bisa melihat keriput-keriput di sekitarnya pun ikut bergerak.
Wajahnya benar-benar dipenuhi keriput.

Saya terus memperhatikan wajah si nenek untuk melihat dimana saja keriput bisa tampak jelas pada wajah saya kelak.
Saya harus siap-siap. He

Saya kembali menatap wajah di depan saya,
Si nenek sepertinya merasa risih,

Saya pun menunduk,
Di pangkuannya, Saya melihat jemari si nenek berhiaskan kuteks yang senada dengan warna bibirnya.

Oh, Jemarinya pun penuh keriput.

Jemari saya lantas memijit tombol merah.
Karena saya harus turun dari tram.

Sebelum turun, saya berkata:
“Maaf, daritadi sebenarnya saya penasaran, ini jam berapa yah? Saya lihat nenek pakai jam, tapi saya gak bisa melihat dengan jelas!”

Si nenek mungkin tahu, saya berpura-pura bertanya. (Orang di mesin validasi tiket tram ada jam! He)

Tapi, Ia meminta saya mengulang,

Mungkin bahasa inggris saya kurang jelas,

Ia lalu berkata: “tolong bicara lebih keras”, lalu mendekatkan telinganya.

Oh, bukan hanya penuh keriput, pendengarannya pun sudah berkurang.

Saya kembali menanyakan waktu.

Si nenek lantas mengangguk dan melihat jam tangan di pergelangan tangannya.

Ia memicing sebentar lalu menjulurkan lengannya ke saya.
Meminta saya melihat sendiri waktu di jam tangannya.
Mungkin dia butuh kacamata. He.

Saya pun ‘membaca’ waktu 9.45 AM dari jam di pergelangan tangannya.
Tangan yang juga penuh keriput.

Kelak, saya pun akan seperti itu.
Tinggal menunggu waktu.
yang terus bergerak dengan pasti.

Ketika turun dari tram,
Saya menyocokkan waktu di jam tangan nenek dengan jam di HP saya,

Tidak sama.
Berbeda sekian menit.

Saya lantas mengakses facebook melalui HP.
Merasa sedikit aneh ketika membaca ‘update-an’ status saudara sepupu saya.
Status itu mengumumkan seseorang telah meninggal dunia.

Seseorang yang namanya serupa dengan nama saya.
Tante saya mengomentari status itu.
Ia terkejut, dipikirnya status itu merujuk pada saya.
Saya pun sempat terkejut.

Terkejut karena lupa,
Bahwa ada yang lebih pasti dari sekedar menunggu menjadi tua.

Mati.




17 May 2010