Sunday, November 21, 2010

Pak!



Minggu,
21 November 2010.

Pukul 10.00 Waktu Indonesia Barat.

Seperti biasa, saya sedang berkutik dengan thesis.
Kali ini,
saya duduk di sudut kamar.
Dekat balkon.
Menyeruput teh manis.
Mengenakan daster dan sarung. haha. <-abis deket balkon sih, malu keliatan tetangga klo duduknya ga bener ^,^

Dari sudut balkon,
terdengar suara tukang ayam melintas.
Diiringi deru suara motor, tukang ayam memanggil para penghuni komplek: "ayam, ayam!"

Tak berapa lama,
saya pun
mendengar suara seorang perempuan
Sepertinya dari rumah sebelah.
Suara itu berbunyi: "ayam, ayam, ayaaam, ayaaaaaaaaaaaaaaaaaam!"

Ia memanggil tukang ayam,
tapi tukang ayam tidak kunjung menanggapi.

Telinga saya pun terus mendengar suara panggilan: "ayam, ayaam, ayaaaam, ayaaaaaaaaaaaaaaam...PAAAAAAAAAAAAAAAAAK!"

dan tukang ayam akhirnya berhenti.



karena tukang ayam juga bapak-bapak...^,^

Wednesday, November 10, 2010

( m a t i )

Kamis lalu,
Selepas bekerja membagikan majalah di pagi hari.

Seperti biasa, saya merasa lapar.
Saya pun berjalan ke Subway Elizabeth Street.

Di Subway, saya berpikir agak lama.
Kali ini, saya ingin memesan yang ‘mungkin’ halal.

Beberapa minggu terakhir,
Saya terus ke perpustakaan.
Tapi tidak produktif.

tidak bisa belajar karena ‘sakit-sakitan’ setiap kali menyalakan komputer.

‘Sakit-sakitan’ karena ‘unconscious stress’, kata dokter

Meski berniat ke perpustakaan untuk mengerjakan thesis, saya lebih banyak mengakses internet untuk membaca “cara menghilangkan stress” He.

Dari sekian artikel kesehatan, saya sempat membaca hadis tentang lambung sebagai sumber penyakit.

Membacanya saya jadi berpikir: “jangan-jangan saya sakit-sakitan terus, gara-gara makanan saya tidak saya jaga!”

Di sini, asupan makanan saya memang seringkali asal, tidak pasti halal.

Jika abah tahu, saya pasti akan dicerahami soal haram, daging dalam tubuh, aliran darah, dan akhlak.

Ah ,pusing!

Di sini, saya paling sering makan di subway, restoran cepat saji dekat kampus dan dekat tempat saya bekerja.

Jika ke subway, Saya lebih sering memesan “seafood sensation”

Paling murah, dan lebih enak dari pilihan seharga sama :P

Pagi itu, Saya bosan memesan ‘seafood sensation”

Tapi saya tidak mau memesan menu daging ataupun ayam <- Kemungkinan tidak halal mungkin lebih besar :P

Saya pun memutuskan untuk memesan roti tuna.
Saya tidak memakan roti sembari menunggu tram datang.

Di tram,
Saya langsung memakan roti saya.
Tanpa Ba-bi-bu menawarkan pada orang lain.

Lagipula, saat itu saya sendiri.
Dan saya terlalu lapar. He.

Ah, meski tidak terlalu suka Tuna.
Enak juga rasanya jika makan dikala lapar.

Selesai makan,
Saya baru sadar, saya duduk berhadap-hadapan dengan seorang nenek-nenek.

Nenek-nenek ini rapih.
Cara berpakaiannya bagus.
Cantik :)

Meski saya tahu kaum lelaki cenderung sungkan untuk memuji ataupun dipuji nenek-nenek. He.

Saya teringat kakak saya yang protes jika saya sampaikan salam dari nenek-nenek:
“Kak, kata neneknya teman Ima , Ka kali ganteng, salam kak!”

Kakak saya pun seringkali tidak menghiraukannya:
“Ima suka gitu deh, salam dari nenek-nenek segala disampein ke kakak. Ga penting Im neneknya bilang apa tentang ka ali…Kalau yang komentar cucunya, itu bisa jadi penting!”

Mengingat komentar kakak tentang nenek-nenek, saya pun tersenyum geli sendiri,

Saya lantas menunduk menahan tawa.
Saat menunduk dan melihat nenek ini mengenakan sepatu hak tinggi: “wah mantap juga ni nenek!”

Di sini,
Saya paling sering pakai sandal jepit. He.
Karena di sini, mau tidak mau, saya jadi banyak jalan.

Semua sepatu seringkali terasa sakit.
Tidak seperti leher saya yang tidak tahan dingin, kaki saya tidak terlalu sensitif pada suhu yang dingin.

Saya pun memperhatikan kaki si nenek,
Bening.
Mungkin, baru saja di shave atau di wax:P

Si nenek mengenakan sepatu berwarna biru navy, rok selutut, dan blazer berwarna senada.

Blazer itu menutupi kemeja putih, yang ia padu dengan syal satin berwarna biru muda.
Bagus nek! :)

Saya pun tersenyum menatap si nenek,
Ia tersenyum ragu.
Bibir itu dioles oleh warna lipstick favorite saya.

Peach!
Tidak glossy.
Tidak gliterry.
Pas!
Tampak bagus pada bibirnya.

Saya penasaran merk apa dan nomor berapa yang Ia pakai. He.

Saya ingin bertanya, tapi malu :(

Saya terus memperhatikan warna lipstick yang mencerahkan wajah sang nenek.

Wajahnya yang penuh keriput.
Keriput di sekitar bibir, mata, dagu,
Pipinya pun begitu kendur.
Padahal tubuhnya sedikit gemuk.

Setiap mulutnya bergerak,
Saya bisa melihat keriput-keriput di sekitarnya pun ikut bergerak.
Wajahnya benar-benar dipenuhi keriput.

Saya terus memperhatikan wajah si nenek untuk melihat dimana saja keriput bisa tampak jelas pada wajah saya kelak.
Saya harus siap-siap. He

Saya kembali menatap wajah di depan saya,
Si nenek sepertinya merasa risih,

Saya pun menunduk,
Di pangkuannya, Saya melihat jemari si nenek berhiaskan kuteks yang senada dengan warna bibirnya.

Oh, Jemarinya pun penuh keriput.

Jemari saya lantas memijit tombol merah.
Karena saya harus turun dari tram.

Sebelum turun, saya berkata:
“Maaf, daritadi sebenarnya saya penasaran, ini jam berapa yah? Saya lihat nenek pakai jam, tapi saya gak bisa melihat dengan jelas!”

Si nenek mungkin tahu, saya berpura-pura bertanya. (Orang di mesin validasi tiket tram ada jam! He)

Tapi, Ia meminta saya mengulang,

Mungkin bahasa inggris saya kurang jelas,

Ia lalu berkata: “tolong bicara lebih keras”, lalu mendekatkan telinganya.

Oh, bukan hanya penuh keriput, pendengarannya pun sudah berkurang.

Saya kembali menanyakan waktu.

Si nenek lantas mengangguk dan melihat jam tangan di pergelangan tangannya.

Ia memicing sebentar lalu menjulurkan lengannya ke saya.
Meminta saya melihat sendiri waktu di jam tangannya.
Mungkin dia butuh kacamata. He.

Saya pun ‘membaca’ waktu 9.45 AM dari jam di pergelangan tangannya.
Tangan yang juga penuh keriput.

Kelak, saya pun akan seperti itu.
Tinggal menunggu waktu.
yang terus bergerak dengan pasti.

Ketika turun dari tram,
Saya menyocokkan waktu di jam tangan nenek dengan jam di HP saya,

Tidak sama.
Berbeda sekian menit.

Saya lantas mengakses facebook melalui HP.
Merasa sedikit aneh ketika membaca ‘update-an’ status saudara sepupu saya.
Status itu mengumumkan seseorang telah meninggal dunia.

Seseorang yang namanya serupa dengan nama saya.
Tante saya mengomentari status itu.
Ia terkejut, dipikirnya status itu merujuk pada saya.
Saya pun sempat terkejut.

Terkejut karena lupa,
Bahwa ada yang lebih pasti dari sekedar menunggu menjadi tua.

Mati.




17 May 2010

Wednesday, August 25, 2010

Alhamdulillah...

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya.)” {Q.S. An-Nahl:53}

Sunday, August 22, 2010

takut

Kemarin,
Ballieu Library.
Tutup Jam 5.
:(
Lupa kalau sabtu tutup lebih awal.


Kemarin juga,
Seorang teman di wisuda.
Diajak Makan-makan.
Niat awal hanya ikut sebentar,
Tapi 'keasyikan' hingga tengah malam.


Lupa sholat maghrib.
Lupa sholat Isya.
Lupa tarawih.
Lupa...
Lupa...

Lupa?


Sebenarnya ingat,
Tapi,
terkadang,
masih saja
bingung,
antara
menjaga perasaan teman
dengan menunaikan kewajiban


Ya Allah,


Takut untuk (kembali) lupa :(




Friday, August 20, 2010

GONG!

Due date thesis 15 September
Visa abis 30 Agustus

Masih punya Tiket ke Indo 26 Agustus....  (kalau ganti tanggal 380 dollar...diih)

Tapi Perpanjang visa, belum tentu dapet....

Duh, what to do ? what to do? what to do?

1. Pamit ke rumah om bakar                                                          2 hari
2. Tulis-tulis kartu buat orang2                                                       2 jam?
3. Makan-makan                                                                           5 jam?
4. Beres-beres                                                                               1 hari
5.Beli oleh-oleh (cari titipan atok: Benjamin Oil! )                            1 hari
6. Beli souvenir buat bagi2 pas city weekly terakhir (apa yah?)


7. Beresin cucian   (ah buang aja dah...hahaha)

OMG, udah tangal 20! tiket tanggal 26 lagi dulu belinya! maksud hati mau bikin kejutan, jadi kita yang terkejat-kejut!

smoga visa nya bisa diperpanjang...smoga..smoga..smoga...smoga...

Tuesday, August 17, 2010

 "Sweet is the voice of a sister in the season of sorrow." Benjamin Disraeli. "

sweet
           is
                 the
                       voice
                                  of
                                          my
                                              adek
                                                        in
                                                            every
                                                                      season   :)




Note: Foto 'dicuri' dari profile pictures adek..hehe...ijin yah dek...cups ..cupapaw..nyong nyong...nyong nyong.... nyong...dong...<- ("Bisa dieem gak sihh? sakit ni anak dua"- ka Ali- hehe)

Saturday, August 14, 2010

R a m a d a n

Kemarin,
Saya baru saja melihat kembali laptop lama yang baru saya angkut dari tempat tinggal yang lama.
Sebuah laptop besar.
berwarna abu-abu.
Yang dulu biasa saya gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas, you tube, blogging, messenger dan facebook. He.


Saya pun iseng menyalakan laptop besar itu,
Wah enak yah layarnya gedeee bangeet.he.. <- beberapa bulan terakhir ini saya menggunakan laptop berukuran mini ^,^


Saya lantas mengakses facebook untuk melihat sebuah link lagu.
Di profile, saya pernah men share sebuah link lagu dari youtube.


Ketika saya klik,
Ternyata tidak bisa.


Oh, saya lupa.
Laptop besar ini memang tidak bisa memutar youtube via facebook.
Saya langsung membuka window baru untuk mengakses youtube.


Ketika,
jari saya mengetik www.you...
Di address bar langsung terlihat sebuah link youtube.
Itu sebuah surat Quran yang dulu sering saya putar ketika suasana rumah sepi.


Melihat link itu,
saya membatalkan niat semula memutar lagu.
Saya lantas membuka link surat Quran itu.
Melihatnya saya (kembali) menangis.

......


Surat itu pertama kali saya lihat bulan Ramadan tahun lalu.

Kala itu, saya benar-benar tidak menikmati Ramadan.


Sedih.
karena
Saya harus mengerjakan banyak tugas.


Sedih
karena
Suasana rumah selalu sepi.


Sedih.
karena
selalu merasa bersalah setiap kali membaca sms abah yang mengingatkan saya agar tidak melewatkan tarawih.


Sedih.
karena keluar rumah pun saya takut.


Kala itu, saya baru saja memiliki pengalaman buruk.
Saya diikuti seseorang hingga ke dekat rumah.
Ia mengikuti saya bukan hanya sekali, berkali-kali ketika suasana gelap dan sepi


Meski suasana di rumah pun tidak kalah sepi, sepi seperti lebih baik daripada berada di sekitar orang jahat.


***


Suatu hari di tengah kebosanan Ramadan tahun lalu,
Saya benar-benar merasa hampa.
Entahlah, hari itu saya ingin sekali mendengar azan.


Saya lantas membuka youtube.
Mencari suara azan.
Sudah lama saya tidak mendengarnya.


Saya lalu melihat sebuah link bertuliskan: "the most gracious quran recitation"
Melihat predikat : "the most gracious", Saya iseng membuka link tersebut.


Ya Allah.
Bagus.

Mendadak air mata saya membasi mata dan pipi.
mengalir begitu saja.

Saya tidak mengerti,
Yang saya mengerti, surat itu dilantunkan dengan indah sekali.
Artinya pun ternyata bagus :)


Hari itu seperti menjadi titik balik bagi hidup saya.

Ramadan tahun lalu,
pertama kali saya menemukan surat Ar-Rahmaan.
pertama kali saya mengerti artinya.
Pertama kali saya sadar bahwa saya sangat membutuhkan "Yang Maha Pengasih"
Ar-Rahmaan.


Saya lantas selalu memutar surat itu,
setiap hari,
setiap kali saya tertekan di kala mengerjakan tugas,
setiap di rumah tidak ada orang,
setiap sebelum tidur,
entah berapa kali saya putar dalam sehari,


Saya tidak ingat.
Hingga laptop yang sering memutar surat itu, saya tutup, tersimpan rapih di dalam koper dan saya tinggalkan begitu saja di rumah lama..

Tapi kemarin, saya kembali membuka laptop itu.
Melihat sebuah link yang tersimpan
dan teringat bahwa setahun lalu saya pernah begitu mendambakan suasana ramadan.

Syukurlah, tahun ini, saya bisa menikmati suasana Ramadan :).

Ramadan bukan hanya Ramadan,
Tapi ramadan seperti di rumah :) :) :)

Masih mengerjakan thesis,
Tapi mengawali hari dengan kebersamaan.

Masih Mengerjakan thesis,
Tapi Melangkah untuk tarawih di malam hari.


Ramadan di Melbourne,
Masih di musim dingin yang masih sepi dan gelap.
Tapi, saya bahagia :)








Ramadan :) :) :)

Thursday, August 12, 2010

Ballieu Library
Winter.
hujan.
dingin.
sepi.
gelap.

Pelham St.
penuh.
wudhu.
Takbir.
tarawih.

Kedai.
nasi-sayur-ayam-kuah gulai.
air putih.
teh tarik.
Slurp :)

Swanston st.
hujan.
sepi.
gelap.
dingin.

Franktate
reading room
senyuman perempuan berkudung: "hello i think i saw you in Musholla"

Oh,Hi, I'm Ima...
 Putri, .... , .... , ...., .... <- lemah ingatan. he

Hello
Ramadan!  :)

Sunday, August 08, 2010

Di-dan-dari Davies Street


Agustus 2010,

Hello Agustus :)
Sepanjang bulan Agustus, saya sudah menghadiri wisuda beberapa teman saya.
Teman saya yang sama-sama mengerjakan thesis.
Sementara saya belum selesai.
Masih tertinggal :(

Pulang dari sini,
Saya mungkin akan mencoba berkarir di ring tinju saja ah..
Jatuh,
Bangun,
Jatuh (lagi),
Bangun (lagi),
Jatuh (lagi) (lagi)

Ah sudahlah, saya ingin bangun!

Saya beranjak dari tempat tidur saya,
Menarik tirai jendela,
Dan membiarkan sinar matahari menyapa :).

Saya menyalakan komputer,
Hm, tapi sepertinya suasana di luar sana terlalu menarik untuk dilewatkan :P

Saya pun berniat berjalan kaki ke luar rumah.
Sebentar saja, 30 menit.

Selepas mandi, saya pun melangkah meninggalkan kamar.
Menyusuri Davies street <- tempat saya berdomisili sejak Maret 2010.



Hmm,
Sepertinya masih terlalu pagi saya keluar rumah.
Di luar, tidak ada seorang manusia pun melangkah.
Koran-koran pagi pun masih belum diambil untuk dibaca oleh para penghuni rumah.




Hanya ada kucing-kucing yang mejeng di depan rumah . <- mungkin kucing pun ingin refreshing.he
DI kiri saya, seekor kucing berwarna abu-abu sedang duduk, eh tengkurap, eh ?
(entahlah saya tidak paham pose-pose kucing),

Sebut sajalah seekor kucing sedang menikmati suasana pagi di Davies Street.
Matanya tajam.
Tubuhnya besar
Bulunya belel,
Ih serem,

Kelak, jika si kucing hilang, akan ada pengumuman-pengumuman mencari kucing tertempel di batang-batang pohon, Tiang-tiang di sekitar davies street. <- eh bukan maksud saya mencuri kucing loh.



Ah,
Saya pun mengalihkan pandangan ke rumah-rumah di sepanjang Davies Street.

Hmm,
Rumah-rumah di sini,
Mungil-mungil.
Kebanyakan berpagar kayu.
Dan memiliki cerobong asap <- he, seperti di cerita-cerita.

Saya pribadi senang memperhatikan,
Awning, lekuk kusen, pergola dan ornament-ornamen di sekitarnya
pada rumah dengan tipe seperti ini. (<- Victorian? Entahlah apa sebutannya).

Tapi, ada sebuah rumah sederhana yang menarik perhatian saya.

Rumah ini unik.
Tampak depannya tertutup oleh batang pohon yang kokoh.
Tapi, jika diperhatikan dari bawah pohon.
Saya bisa melihat lembaran kertas warna-warni dengan tulisan-tulisan tertentu tergantung di ‘atap’ rumah.
Entah apa makna dari tulisan-tulisan itu.


Hey, tapi ada yang lebih menarik,
Di depan jendela,
Sang penghuni rumah,
Menggunakan wadah yang ‘spesial’ untuk tanaman-tanamanya.
Pot dan sepasang sepatu. He.

Saya teringat masa kecil saya.
Sewaktu kecil,
Saya pun pernah menggunakan sepatu untuk menyimpan tanaman.
Rumput tepatnya.
Saya taruh yang banyak di dalam sepatu.
Tapi bukan sepatu saya yang berukuran kecil,
Melainkan sepatu bapak saya,
Agar semakin banyak rumput yang bisa memenuhi sepatu. He


Bedanya,
Jika si pemilik sebuah rumah di Davies Street, meletakkan ‘sepatu bertanaman’ di depan jendela.
Saya meletakan ‘sepatu berumput ‘di atas genting, setiap bulan Desember.
Dengan harapan rusa-rusa sinterklas mau mampir ke rumah saya,
Karena ada rumput yang banyak di sepatu yang besar. Sepatu bapak saya. Hihihi.



Saya pun meneruskan perjalanan,
Sembari memperhatikan rerumputan di Davies Street,
Hmm..terpangkas dengan rapih <- jam berapa yah para pemotong rumput itu bekerja?

Wah, ini sudah jam 7.30 pagi.
Sebuah taksi masih terparkir di depan rumah.

Pengemudi taksi pun rupanya belum berangkat bekerja
Sepertinya, ini memang masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas.

Eh, tapi coba tatap ufuk timur.
Balon-balon udara melayang di angkasa.
Wah sukaaa! :) :) :)
Saya pun berlari ke arah timur.
Mengejar balon udara untuk bisa melihatnya dari dekat :)

Ada yang berwarna merah,
Kuning,
Dan blasteran. He.
Suka suka suka :) :) :)



Memang menyenangkan memulai hari di kala pagi,
Semakin banyak ‘kejutan’ dalam hidup pun yang bisa di’lihat’ :) :) :)

Saya pun ingin cepat kembali ke kamar saya,
Menyelesaikan yang tertinggal,
Agar bisa menjadi kejutan di depan ‘rumah’ kelak.
Kejutan untuk ibu saya di Jakarta,
Yang berulang tahun di bulan Agustus.

Happy birthday Dearest Giant Baby ^,^ Hihihi



08-Agustus- 2010
Ima

Thursday, August 05, 2010

karena ima mulai senang membaca :)

Rabu malam, 04 Agustus 2010.

Hp saya berdering.
Suara di ujung sana menyapa: “Ka’ Ima apa kabar?”

Saya: “Dek bentar..telpon kakak 10 menit lagi yah…”

Adek: “Yah kenapa?”

Saya: “Kakak baru pulang nih….abis belanja blon solat, entar telpon lagi 10menit lagi yah?”

Adek: “Wah, belanja apa?”

Saya: “belanja buku, he”

Adek:" hahahaha…. Blanja buku…haha… belanja kok buku?…haha..kakak berubah yah..”

Saya: "Eh?"

**
Sejujurnya itu kali kedua saya membeli buku.<- selama 25 tahun He.

Pertama kali, hari Senin lalu tanggal 2 Agustus 2010. He.

Yang kedua, kemarin Rabu 4 Agustus 2010 ;)


Belakangan ini,

Saya sering melihat housemates saya membaca novel berbahasa inggris.

Entah kenapa saya pun tiba-tiba ingin ikut membaca novel.


Kebetulan, psikolog menyarankan agar saya melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Seperti membaca novel contohnya.


Duh Novel!

Saya (bukan) pembaca novel!

(Bukan) pula pembaca buku :(


(dulu) Saya cuma suka membaca majalah dan surat kabar.

Itu pun sebatas halaman surat pembaca, Editorial Ataupun tulisan-tulisan kolumnis.


Saya bukan seorang pembaca.

Meski saya pernah membaca Si Tini, Doraemon,Imadoki, Detektif Konan, Asari Chan, Mari Chan, Kobo Chan <-ini bisa digolongkan bacaan ‘chan’? He.


Seharusnya, sudah banyak novel dan karya sastra yang saya baca,

Mengingat saya dulu kuliah di fakultas sastra.


Tapi dasar pemalas.

Hampir semua novel wajib dari dosen tidak pernah saya sentuh.

Naskah drama-drama ‘dunia’ pun tidak saya sentuh.


***

Di fakultas sastra UI,

Setiap mahasiswa ‘diwajibkan’ belajar drama dua semester.


DI kelas drama, bacaannya banyak sekali.

Tapi teman ‘sepermainan’ saya dulu (dan mungkin kini? He) pemalas luar biasa :P


Dosen kami, kami beri nama: Highlander, he

Setiap masuk kelas drama, saya dan teman-teman akan mengangkat kaki sepanjang jam pelajaran.


Karena dulu kami percaya bawa sang dosen bisa membaca pikiran.

Tapi, ‘kemampuan membaca pikiran’ tersebut, kami yakini tidak akan berfungsi jika kaki kami tidak menyentuh lantai. <- he.


Lantai yang enggan dipijak Kaki-kaki para pemalas.

Yang selalu takut ketahuan oleh sang dosen karena tidak pernah membaca.


Setiap kali, sang dosen selesai dengan penjelasannya atas sebuah drama dan siap melempar pertanyaan ke kelas,

Saya dan teman-teman pun spontan akan mengangkat kaki: agar tidak ketahuan jika belum membaca..hihihi


Untunglah, di kelas Drama II,

Muncul “Susi sang penyelamat” :)


Susi adalah seorang teman kami, yang mendadak jadi aktif di kelas ketika semester 4.


Di semester-semester awal, Susi hampir tidak pernah bersuara.
Tapi ketika semester empat, Susi adalah bintang kelas.
Dan tentunya pahlawan kami di kelas drama. He.

Susi selalu berkomentar dan melempar banyak pertanyaan setiap kali pelajaran drama.
Kaki kami pun bisa menyentuh lantai dengan tenang. Fiuh. Hehehe.

Hingga, muncul “Susi-Susi” baru.
“Susi-susi” yang menurut saya, hanya ingin menandingi Susi sang pahlawan:P

Susi-susi baru bukan pahlawan.
Karena mereka terlalu bersemangat berbicara
Bahkan hingga bel tanda kelas selesai telah berdering.

Kali ini, bukan hanya kaki kami yang ingin menyentuh lantai.
Kaki sang dosen pun, saya rasa, ingin menyentuh lantai dan melangkah keluar dari kelas. Hehe.

Melangkah keluar,
Ke kantin sastra :)
Pusat ‘kehidupan’ di fakultas sastra.


Di sana ada obrolan pemikiran-pemikiran ,
Canda.
Alunan gitar.
Kedipan. He.
Tangisan.
Juga ,
Tangan-tangan yang menadah :(

Oh Kantin Sastra...
Di sinilah, jumlah SKS terbesar anak-anak sastra.
Anak-anak yang seharusnya gemar membaca.

Membaca karya sastra,
Pemikiran-pemikiran,
Sejarah,
Seni,
Dan
Kultur!


Ada kalanya,
Saya dan teman-teman mengambil mata kuliah multikulturalisme.

Di kelas ini, kami belajar mengenai multikulturalisme dari artikel-artikel yang dibagikan dosen,
juga sebuah novel pilihan dosen saya.

Saya lupa apa judul novel itu.
Rupanya pun saya lupa.
Sepertinya saya tidak ikut membeli :p.

Hingga suatu ketika, sang Dosen memberikan pertanyaan kepada mahasiswa.

Seingat saya, Ia bertanya : “Isu apa yang bisa diambil dari novel?”
Seperti itu lah.
Saya lupa pastinya.

Dari kiri hingga kanan,
Teman saya satu per satu mulai berbicara.
Memberikan pendapatnya.

Wah, saya tidak punya buku.
Selembar pun saya belum baca (beli aja belum).

Untung saya duduk paling ujung.
Saya meminjam buku seorang teman .
Saya membolak-balik halaman secepat mungkin.
Mencari ide.
Hingga tiba giliran saya.

Saya Diam seketika.

Merasa terpojok, saya berkata –kata sekedarnya.
Lalu dosen saya bertanya: “itu halaman berapa?”

Saya melirik halaman dalam novel: “Oh, halaman 265!

Dosen saya lalu berkata: “coba semua buka halaman 265!

Ia menuliskan beberapa poin di papan tulis lalu berkata kepada saya: “wah cepat kamu bacanya udah sampai sana!”

Teman-teman saya melirik saya dengan tatapan heran: “tumbeeen!”

Saya pun berbisik: “kagak,,,gue random buka novelnya...pas yang kebuka halaman itu..yaudah gue asal ngomong aja…he”

Selepas kelas,
Teman-teman saya pun mengolok-ngolok saya:
“Kirain emang lo udah baca beneraan…pantesan…kita kita yang suka novel aja masih udah halaman 50…elo tau-tau udah halaman 265 aja…eh taunya asal buka …dasaaaaaaar!”

***

Dasar terbiasa (tidak) suka membaca,
Tidak pernah berubah :(

Di sini, esai-esai saya sering dikritik karena tidak pernah mengikuti standar struktur menulis esai.

Saya selalu suka menulis begitu saja tanpa memikirkan struktur.

Bukan hanya minim “explicit structure”, esai-esai saya sering dikritik karena seringkali tidak sesuai mata pelajaran he.

Pelajaran media policy, saya menulis tentang sepak bola dan facebook

Pelajaran global media, saya bercerita tentang orang asing di tram dan online shopping. he

Pelajaran strategic political communication, saya menulis tentang seorang pegawai supermarket “COLES”. He.

Esai-esai saya pun terkadang saya warnai dengan dialogue dan emoticons <- Tapi, tentu saya
sesuaikan dengan selera humor dosen :P

saya sering mengejarkan tugas dari pengalaman pribadi karena malas membaca :(

Saya baru mulai membaca buku.
Sejak mengerjakan thesis.
Karena supervisor selalu 'meminta' saya untuk membaca buku.

Buku-buku teori yang berkaitan dengan thesis saya.



Thesis yang dikerjakan dari Agustus 2009- hingga Agustus 2010.
Belum juga selesai :(


05 agustus 2010,
Kamis pagi, waktu favorit saya untuk pergi meninggalkan rumah :)

Pagi ini,
Selepas bekerja membagikan majalah di pagi hari.
Saya berniat mampir ke sebuah toko.
Saya mau membeli sisir. He..

Saya pun memasuki sebuah toko.
Tapi rupanya belum buka.
Masih terlalu pagi.

Saya lihat jam buka di pintu toko tertera jam 9.30.

Saya melirik jam di Hp: jam 9.30.

Saya ketuk2 pintu kaca.

Tapi penjaga toko menggeleng.

Rupanya, Ia belum siap membuka toko.

Yah, saya pun gagal membeli sisir :( <- bukan sisir supir loh :P

Saya menuruni tangga toko,

Dan melihat sebuah toko buku sudah buka.

***

Saya tidak pernah suka toko buku.

Biasanya, saya Cuma ke toko buku untuk menunggu:

Bapak saya (yang selalu memilih ke toko buku setiap kali ke Mall)

Ataupun

Teman-teman saya yang senang ke toko buku.


Setiap kali mengunjugi toko buku,

Saya tidak pernah tertarik melihat buku.

Saya lebih tertarik melihat Hello kitty, Kero-keropi, Happy house, Winnie the pooh atau Piyo-Piyo..hihihi.

Stationery!

Bagian yang paling saya suka dari toko buku !

***

Pagi ini, gagal membeli sisir,

Saya pun melintasi sebuah toko buku yang telah buka.


Di luar toko, saya melihat ada sebuah rak besar berisi banyak buku.

Saya pun melihat-lihat ke dalam rak.

Rupanya buku-buku diskon.

Wah murah banget! Lebih murah dari harga sisir! He


Saya lantas tidak puas dengan apa yang saya lihat di rak,

Saya pun melangkah dalam ke toko.

Wah ada banyak sekali buku!

Entahlah sepertinya baru kali ini saya memasuki toko buku dengan antusias.


Pagi ini pun,

Saya tidak melangkah ke bagian “stationery” yang lucu-lucu.

Ataupun melihat-lihat kartu ucapan.

Tapi, saya medekati rak-rak untuk mengamati buku-buku.

Saya pun mulai memilah milih.

Hingga membawa tiga buah buku ke cashier.

Tidak lupa : satu pembatas buku yg cute :P,
kartu ucapan he
dan bungkus buku warna warni..hehe

Di tram, saya mengambil buku baru saya.

Novel. < - bukan novel dengan cover yang bagus :P

Saya membalik lembaran novel.

Satu,
Terus,
Terus,
Terus,

Hingga saya mendengar kaki-kaki di tram sibuk melangkah keluar.

Kaki-kaki para pelajar.

Oh, saya sudah sampai di kampus saya.

Saya pun harus ikut turun.

Turun,
dengan perasaan sedikit kecewa

karena

Harus menutup buku.

Eh?




Terimakasih supervisor!!!!


Supervisor yang selalu membuat saya menangis,
Ketakutan,
Menyikat bak dengan kesal, <-karena selalu disuruh “GO BAK!” hehe.


Tapi, rupanya juga berhasil,
Membuat saya mulai menyukai buku,
memiliki buku dalam tas belanja saya.

dan

menikmati membaca :)


Photo milik: Dirgayuza Setiawan
Yaaay! \\ ^,^ //

Thursday, July 22, 2010

di kota hari ini :)

Rintik Hujan.
Kabut
Denting lonceng.

Beanie.
Payung Berbunga-bunga
Payung kuncup
Payung lemes <- he

Boots perempuan.
Plak-plok-plak-plok

Lampu merah.
Supir Taksi
Oh, Nehi  <-he

Alunan Gitar.
Koin Jatuh.
Aroma daun basah.

Aroma roti hangat.
Hmm... <- duh puasanya jadi batal ga yah?he

Riuh tawa anak-anak sekolah.
Perintah sang guru: "keep going, keep going, keep going!"

:)

Saturday, July 17, 2010

Pastel hangat di bulan Juli..


Hari ini Kamis, 1 Juli 2010.

Hmm…pagi ini para pejalan kaki di sepanjang Collins dan Williams St banyak yang wangi.

Ini wangi parfum-parfum bagus :)

Sebulan terakhir ini,
Parfum-parfum di berbagai gerai perbelanjaan Melbourne didiskon besar-besaran.

Parah!

Lebih murah dari harga parfum di B18, Bazaar Pacific Place Daaan Pasar Tebet sebelum terbakar! He.

Saya pun bisa membeli dua botol parfum favorit saya,
Setelah setahun terakhir menggunakan parfum beraroma ‘emak-emak mau kondangan’. He.

Tak terasa, sudah hampir 2 tahun saya menginjakkan kaki di kota ini, Melbourne :).
Hampir semua orang yang pernah ke Melbourne begitu menyukai kota ini.
Tak terkecuali sepupu-sepupu saya.

***
Kemarin,
Saya bertemu dengan sepupu saya, teman, dan anak-anaknya.

Di Indonesia (dan mungkin di negara-negara lain), bulan Juli adalah waktunya liburan sekolah.
Banyak orangtua ‘tertentu’ pun mengajak anak-anaknya liburan ke luar negeri

Malamnya, kami makan di sebuah restoran
Anak-anak sepupu saya makannya banyak. Banyak sekali. He.

Setelah menghabiskan menu utama dan berbagai cemilan ‘gorengan’
Mereka masih minta dibelikan cake. He.

Ibunya pun protes: “gak boleh ah, adek udah gendut gitu…”
Mereka pun terus memohon.

Ibunya pun luluh:
“yaudah, dibeliin, tapi gak boleh dihabiskan sendiri yah, makannya harus rame-rame, bagi aunty ima!” <- (dalam hati saya berkata: asiiiiiiik he)

Tak berapa lama,
Sepupu saya pun membawa kedua anaknya melihat-lihat cake.
Mereka pun kembali ke meja dengan membawa dua potong cake dengan banyak sendok. He.
Sendok untuk mereka, teman mereka, ibunya, teman ibunya, dan saya.

Dua kue dengan banyak sendok. <- untuk mencegah obesitas pada anak-anak He.

Cheese cake dan chocolate cake.
Yumm..

Homemade…
Yumm…

Sepertinya sendok saya lebih aktif bergerak dari dua sendok keponakan saya yang harus diet..hehe.
Enak sekali, apalagi sendok kami saling beradu! He..

***

Malam itu , suhu Melbourne cukup dingin
7 Derajat.
Selesai makan, saudara saya langsung pulang ke apartemen mereka .
Sementara saya kembali ke rumah

Ketika turun dari tram,
Saya melihat wajah sepasang suami-istri yang familiar.

Itu kali pertama saya melihat mereka di kawasan Brunswick.

Biasanya saya Cuma meilhat mereka setiap kamis pagi di Collins St.
Ketika saya bekerja membagikan majalah.

Mereka salah satu pasangan favorit saya. He.
Saya ingin menyapa tapi takut mereka tidak mengenali saya.
Lagian saya kan cuma pembagi majalah gratisan.

Seharusnya di sini, saya tidak perlu mengkhawatirkan perbedaan kelas.
Tapi saya terlalu lama besar di masyarakat pemuja kelas,
Dimana kelas sosial ‘selalu’ menentukan ‘siapa yang perlu disapa’ dalam kehidupan bermasyarakat.

Hingga pasangan itu spontan menyapa: “hey, you live here?”

Saya pun tersenyum dan mengobrol sebentar.
Senang rasanya disapa oleh pasangan favorit saya :)

Saya pun meneruskan berjalan menuju rumah saya.

Ketika melintasi Davies St, saya terkejut melihat seseorang: “Duh, nenek itu lagi!”

Berjalan tertatih-tatih di tengah dingin.
Saya pun takut.
Bukan karena mendadak melihat nenek-nenek di tengah gelap.
Tapi karena nenek itu selalu ditemani seekor anjing di sisinya. <- He, saya takut anjing,kucing, semua mamalia,he

Itu ketiga kalinya saya melihat nenek itu.
Tubuhnya ringkih,
Sedikit bungkuk dan miring.
Miris rasanya, selalu melihat sang nenek berdiri di tengah dinginnya malam.
Tapi mungkin dinginnya udara tidaklah semenusuk dinginnya suasana rumah.

Setidaknya, itulah yang saya pahami.
Karena latar belakang suasana rumah keluarga saya yang terlalu hangat.
Hangat hingga seringkali “PANAS”. He.

Sejak kecil, saya, kakak, dan adik saya terbiasa dengan pertengkaran orang tua.
Mereka sering kali bertengkar.
Hingga ketika mereka tak bertengkar, kami pun heran dan bertanya-tanya. He

Mungkin pernikahan memang tidak hanya diwarnai dengan segala sesuatu yang manis tapi juga pahit.
Itulah yang saya tahu dari berbagai kejadian yang ‘seharusnya’ (tidak perlu saya lihat).

Ketika orang tua saya bertengkar,
Kakak laki-laki saya akan mengambil sepeda dan bola basketnya untuk pergi meninggalkan rumah.
Adik saya yang kecil akan mengurung dirinya di kamar.
Berusaha menyembunyikan kupingnya di balik bantal ataupun selimut.

Adik saya suka sekali menonton acara konsultasi dengan para psikolog di televisi.

Adik saya bilang: “kak ima, jangan suka lihat abah mama berantem, kata psikolog, anak-anak gak boleh dengar pertengkaran orang tua!”

Tapi, saya selalu memilih menyaksikan orangtua saya bertengkar,

Toh, jika saya berusaha bersembunyi,
Saya pun masih akan mendengarnya.
Rumah kami tidak cukup luas untuk tidak mendengar pertengkaran.

Saya pun memilih mengintip dan menyaksikan pertengkaran kedua orang tua saya.

Mereka selalu bertengkar karena ‘hal kecil’,
Seringkali saya marah dengan ulah ibu saya dan kasian pada bapak saya.

Karena Ketika mereka bertengkar, saya selalu melihat bapak saya mengungkapkan alasan-alasan yang logis dan benar <- menurut ‘akal’ saya

Setelah pertengkaran berakhir,
Saya akan melihat bapak saya pergi meninggalkan rumah,
Sementara ibu saya akan menangis.
Menangis seperti anak kecil.
Seperti adik saya dibalik selimutnya.

Ingin rasanya saya mengejar bapak saya yang saya anggap ‘tidak bersalah’ hampir pada setiap pertengkaran.

Tapi keinginan itu seringkali tertahan, karena saya tahu setiap kali mereka bertengkar,
Ibu saya akan menangis setelahnya.
Lalu menatap saya dan berkata: “Ima, Jangan tinggalin mama ya”.

Mungkin itu sebabnya saya tidak pernah merasa pantas untuk memimpin,
Karena dalam beberapa kesempatan,
Seringkali hati saya lebih menentukan dari apa yang pikiran saya ‘benarkan’.

Meski akal saya selalu membela bapak saya, seringkali saya memilih untuk diam di rumah.
Menemani ibu saya menangis


Setiap kali menemani ibu saya menangis,
Saya tidak paham (dan tidak bisa memahami) apa yang sedang ibu saya pikirkan,
Saya tidak paham apa yang ia rasakan.
Yang saya pahami, ketika Ibu saya menangis, saya pun ingin menangis (dalam hati).

***

Malam itu,
Musim Dingin,
Gelap,

Hati saya pun menangis.
Melihat sang nenek.
Bengong.
Seorang diri.
Entah dimana keluarganya.

Saya lantas meneruskan berjalan menuju rumah.
Terlalu larut dan dingin
Saya ingin tidur lebih awal agar tidak terlambat bekerja membagikan majalah ke-esokan harinya.

***

Kamis pagi,
Saya bangun kesiangan,
Saya berlari terburu-buru menuju tram stop.
Untung pas dengan tram melintas.

Sesampainya di Collins St,
Saya langsung bergerak membagikan majalah.
Tapi pikiran saya tidak bisa berhenti membayangkan cheese cake semalam.
Ya, saya lapar. He.

Cheese cake.
Lembut.
Adonan Keju.
Diatas adonan biscuit.
Lalu dilapisi strawberry dan larutan gula.
Yummm…

Sepanjang bekerja, saya tidak bisa berhenti memikirkan cheese cake
Hingga saya membayangkan untuk berbelanja bahan-bahan cheesecake di supermarket < -he, saya benar-benar lapar .

Saya berniat, suatu hari nanti, saya harus membuat cheesecake.

Berbelanja bahan-bahannya di supermarket.
Dan menikmatinya bersama dengan housemates saya.
Sepiring cheesecake dengan banyak sendok.

Seperti pengalaman semalam,
Begitu berkesan, karena ada banyak sendok di situ. he

Entah kenapa,
Saya pun teringat sang nenek di Davies St.

Oh, saya pun ingin mengajak dia.
Agar semakin banyak sendok yang bisa digunakan untuk menikmati cheese cake
Semakin enak jika semakin berebut potongan kue:P

Oh, cheesecake, cheesecake.
Aduh, saya benar-benar lapar!

Sial, saya tidak membawa tas pagi ini
Saya juga tidak membawa dompet,
Tadi pagi saya terlalu terburu-buru,
Untunglah tiket tram masih tertinggal di saku jaket saya.

Saya tidak sabar ingin cepat pulang.
Saya akan makan makanan apapun yang ada di rumah.
Nasi campur bawang goreng pun jadi
Lapar luar biasa. He.

Hey, itu ada mba Indri, hendak melintas.
Saya pun tersenyum; “Yes, saya bisa pinjam uang!’ he.

Mba Indri, housemate saya sewaktu tinggal di King St.

Setiap hari, sekitar jam 8.30 pagi, mba indri berangkat kerja,

Setiap kamis pagi pun, Ia akan berpapasan dengan saya yang membagikan majalah di perempatan Collins dan Williams st.

Mba Indri jarang mengambil majalah saya.
Tapi Ia rajin menyapa.
Ramah :)

Pagi itu, seperti biasa, mba indri mengucap salam.
Saya pun membalas salam mba indri.

Tak biasanya, mba Indri membawa sebungkus plastik putih.
Ia lantas menyodorkan plastik itu kepada saya: “ini aku bawain pastel, masih anget buat kamu, maaf yah Cuma bisa bawain pastel!”

Mendengar kata “pastel hangat” dari bibir mba indri, saya langsung tersenyum <-kalau perut saya bisa tersenyum, mungkin ia akan tersenyum lebih lebar, he

Seketika saya pun lupa akan niat saya semula untuk meminjam uang


Karena…
Terlanjur suka dengan pastel hangat
dari
seseorang yang selalu bersikap hangat :)
Yumm ….

Makasiii mba In baiiiiiiiiiiiiiiiiiik :)


Thursday, July 15, 2010

beauty case

Suatu hari di bulan May,
Di tengah kebosanan belajar

Saya berjalan-jalan sebentar keluar rumah.
Cari angin segar.

Rupanya hari itu adalah “Dumping Day”
Hari dimana warga setempat bisa membuang barang-barang tidak terpakai.

Di luar sana saya melihat banyak kasur, computer, tv, sofa, dan berbagai perabotan lainnya.
Masih bagus tapi sudah tidak terpakai.

Hingga saya berhenti ketika saya melihat sebuah kotak hitam berkaca.

Itu Beauty Case!!!

Ah, sudah lama saya tidak melihat kotak seperti itu.

Sewaktu kecil saya biasa menyebutnya “Byuti kis”…Hihihi.

Dulu saya biasa melihatnya di meja rias ibu saya,
Tante-tante saya,

Juga
Nenek saya,

Para pesolek sejati :P
Dengan berbagai beauty case mereka yang cantik :)


Saya pun mendekat memperhatikan beauty case itu,

Hmm…masih bagus.
Terbuat dari bahan yang solid.
Kacanya masih bagus.
Fungsi penguncinya pun masih berfungsi dengan baik.

Beauty case!

Entah kenapa hari itu ia tergeletak di atas rumput.
Dibuang oleh sang pemilik.

Mungkin sang pemilik sudah memiliki beauty case baru.
Yang lebih bagus :)

Untuk di isi dengan berbagai kosmetik,
Sebut saja lipstick, eye shadow, bedak, foundation, eye liner, mascara, pinsil alis, bulu mata palsu,

gigi palsu he, minyak wangi, atau minyak-minyakan…hihihi <-“ tau dong beauty case siapa yang ada minyak2nya haha”



Beauty case yang cantik,
Tergeletak begitu saja di luar sana,
Sementara hal-hal cantik yang biasa mengisinya tetap melekat dalam ingatan saya :)

Meski dulu biasa saya lihat dengan kurang ikhlas.

Karena…

“Im, ambilin lipstick mama dong!”

Lantas:

"Bukan yang ini…yang warna satu lagi… yang nomor….."

Kemudian:

“eh yang tadi aja deh Im!”


UGH! BEAUTY CASE!!!! :P

Friday, April 02, 2010

mereka

Saya ingin menulis.
Untuk mengigat setiap orang yang baik.
Mereka yang jauh tapi tiba-tiba hadir di kala saya tertekan.

Senin lalu,
saya ingin meneruskan mengetik thesis di perpustakaan.
Ketika membuka komputer.
Mendadak saya batuk tanpa henti.
Saya pun bolak-balik kamar mandi.
Ah, stress lagi...stress lagi..
Sebal!
Tapi tidak bisa saya prediksi...
Hadir begitu saja..

Saya pun tidak bisa berkonsentrasi belajar,
Sumpek :(
Saya pun log in ke messenger saya:

Seorang sahabat saya menyapa: "Apa kabaar imaa..ga ada kabarnya?"

Saya: "gue lagi stress to..sebel deh..perasaan pikiran gue tenang-tenang aja..tapi tubuh gue stress tanpa gue sadari kayaknya"

To: "masa sih elo bisa stress? kayaknya lo ga bisa stress deh?'

Saya: "ternyata bisa to..he...emang dulu gue ga pernah stress ya?"

To: "enggak ah...tegang sih iya...tapi kan lo bisa cepet ketawa-ketawi lagi..!"

Saya: "dulu ga pernah belajar to..haha...skarang bikin thesis ternyata bikin gue stress..hehe!"

To: "banyak-banyak cerita ima sama orang..!"

Saya: "kayaknya semua orang udah bosen to...gua ceritain stress thesis...udah semua orang gua critain kayaknya....basi berat to ...he!"

To: "gue yakin masih ada yang mau dengerin..cerita dong sama senior...gue yakin pasti lo disana akrab sama banyak senior..iya kan? :P"

Saya: "Maksudlo apa?!"

To: hahaha...gak....lo kan gampang temenan anaknya....jadi banyak kenal senior dong ? :P

Saya: "sahabat-sahabat gue dah pada lulus to....makin susah lagi dicarinya...to, gue lagi down banget...gue ga percaya diri banget bikin thesis..lambat banget kerja gue sekarang :(...gue kayaknya gapunya kelebihan..gue harus membangun percaya diri nih..."

To: "Ima.. kelebihan lo....   **********   ******** ******* ********, itu yang disukai orang-orang setau gue"

Saya: "makasi yah...to...gue mau belajar lagi..doain gue yaah...biar gue bisa percaya diri... "

To: "Iya..pasti...!

:)


***

Siang ini,
mendadak saya di rumah sendiri,
Saya tidak bisa ke perpustakaan,
Karena libur paskah.
Mau tidak mau saya pun belajar di rumah.

Sendiri.

Saya tidak pernah suka di rumah sendiri.
Tapi tentu saya tidak bisa menghalangi housemate untuk berpergian. *"Siapa saya?" hehe*

Ketika Imas dan Hilda hendak pergi menonton film:,
Mereka pun berkata: "Goodluck yah ima..yang semangat, jangan cemberut!"

Ketika mereka pergi pun,
Saya pun mulai cemberut <- he...

Tak berapa lama HP saya bergetar.

Ada sms masuk: "Imaaaaaaaa...apakabar? Long time not heard anything from you. Kangen bangeet, anak-anak juga pada kangen. lagi  sibuk thesis ya? Good luck ya Ima"


***

Anak-anak :)

Mereka yang selalu mengisi hidup beberapa tahun silam.
Mereka yang membuat tertawa,
Mereka yang selalu membuat kejutan,
Mereka yang meramaikan rumah saya di malam hari   < - Oiii klo betamu telpon duluuu dong! :P
Mereka yang selalu membuat ribut,
Mereka yang nakal tapi memperingati saya untuk tidak berbuat nakal :P
Mereka yang menghibur di kala saya menangis,
Mereka yang menghibur di kala saya kesal
Mereka yang sok jagoan hehe dan berkata: "Siapa sih yang ganggu lo? ayo sini kita gebukin rame-rame!"
Ck..ck..ck... darah muda!

Tapi
Mereka perhatian dan selalu menolong.
Keluh dan amarah mereka pun penuh arti : "Heh terlambat mulu!!"

  "Nih baca...gue dah print-in semua bahan ujian yang lo perlu..udah gue tandain yang penting, lo ga boleh Failed lagi!"


Mereka :)

Mereka yang kini jauh,
Tapi selalu bisa membangun percaya diri saya yang runtuh.
Ah , Mereka  :)









PS: Sorry temans, lupa ngasitau blog gue ganti nama..he.... Buat yang fotonya gak ada di atas..tenang aja foto kalian tetap ada di hatiku...ciyeeeeeeeh hiahaha .... gue masakin lo satu-satu entar kalo gue udah pulang! Janjjiiiiiiiiii! cups!

Thursday, March 25, 2010

k a k e k

Kakek ini sungguh inspiratif!

Masih jelas di ingatan saya,
Suatu hari di bulan November.
Saya begitu tertekan dengan tugas-tugas dan thesis.
Suatu malam saya tengah membaca di perpustakaan.

Kala itu musim ujian,
perpustakaan Ballieu buka hingga jam 3 pagi.

Jika mengerjakan tugas di Perpustakaan,
Biasanya saya cuma sampai jam 12 malam
karena saya harus naik tram jam 12.09

***

Semester lalu saya begitu malas kuliah.
Malas karena saya tidak lagi sekelas dengan sahabat-sahabat saya.

Malas karena saya tidak banyak bersosialiasi
Karena setiap 2 minggu sekali saya harus bertemu supervisor thesis.
Saya pun harus terus membaca.
Hingga saya begitu jenuh semester lalu.

***

Ketika musim ujian,
Suatu malam pun
saya berusaha mengerjakan tugas di perpustakaan.

Kala itu saya begitu mengantuk,
Kepala saya pusing,
Tubuh saya lemas.
Padahal baru jam 9 malam.

Saya sempat merapikan tas dan komputer saya.
Saya ingin segera pulang.

Lalu datanglah seorang kakek,
Membawa dua buku besar.
Ia duduk di depan saya.
Mengenakan kacamata.
Lalu mulai membaca.

Entah apa yang sedang Ia baca.
Saya melihat jemari telunjuknya terus bergerak di atas halaman buku.
Jemari itu bergerak sangat pelan,
Tapi ...terus bergerak.....
Hingga membalik satu demi satu halaman buku.

Melihat sang kakek begitu semangat belajar, saya pun membatalkan niat untuk pulang.
Saya kembali membaca dan mengerjakan tugas saya.

Terima kasih kakek :)

***

Pagi ini,
Saya pergi ke klinik kampus.
Sudah seminggu ini saya tidak enak badan.
Setiap pagi dan malam tubuh saya menggigil.
Seharian pun saya batuk tanpa henti.
Saya sudah minum obat.
Tapi tidak kunjung sembuh.

Saya pun pergi ke dokter.

Dokter bilang tidak ada masalah dengan kesehatan saya.
Ia curiga jika saya sedang merasa tertekan.

Ia lalu bertanya: "apa kamu sedang riset?'

Saya mengangguk: "iya, tapi saya sekarang udah gak terlalu stress lagi...dulu memang sempat stress..sekarang sudah terbiasa...emang sih kemaren baru nangis lagi abis ketemu supervisor...anehnya batuk saya paling parah waktu ketemu supervisor hehe"

Dokter mengangguk.
Dokter pun meminta saya untuk kembali datang minggu depan.
Karena tadi pagi saya datang tanpa appointment.
Sementara banyak pasien masih menunggunya.

Ia meminta saya untuk berhenti meminum obat yang saya konsumsi.
karena menurutnya sakit saya bukan disebabkan oleh virus/bakteri.
Tapi mungkin karena stress.

Saya pun berjalan meninggalkan klinik.
Menuju perpustakaan.

Di perjalanan saya bertanya dalam hati : "apa iya saya stress yah?"

***

Kemarin malam, sepulangnya dari perpustakaan, saya terus berjalan sambil memikirkan pertanyaan thesis saya.

Saya berpikir, berpikir....hingga klakson mobil berbunyi kencang diiringi dengan teriakan panik seorang wanita.

Rupanya saya melangkah di jalanan padahal seharusnya saya tidak menyeberang.

Sesampainya di rumah pun saya bercerita pada housemate saya: "Mas..tadi aku hampir ketabrak mobil.....udah deket bangeet..tapi untung gak ketabrak"

Teman saya terkejut: "Kok bisaa sih? Kamu dimana?"

Saya menggeleng: "di Elizabeth Street.....Pas Ballieu tutup aku pulang kan...sambil jalan aku mikirin pertanyaan thesis... eh tau-tau aku hampir ketabrak...aku nyebrang jalan padahal belum seharusnya nyebrang...cewe yang nyetir teriak ketakutaan...karena hampir nabrak aku...untung dia gak marah...kan aku yang salah..."

Teman : "aduh kamu hati-hati..terus kamu mundur lagi?"

Saya : "enggak..aku jalan aja terus.. he"

Teman: "hahah...dasaaar! lain kali ..kalau sambil jalan jangan mikirin thesis"

***

Hari ini,
saya pun kembali mengerjakan thesis saya.
Saya tidak merasa tertekan.
Saya berusaha tenang.
Karena saya tidak mau sakit.
Saya mulai membaca dan mengetik.

Tapi entah kenapa Saya tidak bisa berkonsentrasi
Saya terus bolak-balik ke kamar mandi.
benar, ini tanda-tanda stress.

Meski tidak bisa berkonsentrasi penuh,
Saya terus memaksa diri membaca.
Saya tidak punya banyak waktu lagi.
Bulan May, thesis saya harus dikumpulkan.

Saya takut :(
Tapi saya tidak boleh takut.

Tidak bisa berkonsentrasi,
Saya pun pindah tempat belajar.


Hingga saya melihat seorang kakek yang saya kenal wajahnya.
Ini si kakek yang dulu belajar di hadapan saya di kala exam week.

Kali ini,
Ia sedang memencet tombol komputer.
Ia mengetik.

Tapi....

Begitu lambat.

Hanya mengandalkan satu jemari telunjuk.

Entah sudah berapa lama Ia duduk di situ,
Tapi di layar komputer Ia sudah mengetik berhalaman-halaman.

Saya pun memperhatikan gerak-geriknya.
Hingga saya sadar.
Ia mengetik apa yang telah Ia tuliskan di buku tulisnya.
Ia menyalin ulang dengan mengandalkan satu telunjuk.
Luar biasa!

Kakek ini sungguh inspiratif!

Terima kasih lagi kakek :)


PS: Mohon maaf saya mengambil gambar tanpa izin :P, sebagai gantinya saya bersedia mengetik untuk kakek jika kita bertemu lagi :)

Wednesday, March 17, 2010

m a n j a

Tik, Tok, Tik, Tok

Saya terbangun jam 3.30 pagi.

Berusaha melanjutkan mengetik tugas saya.

Tapi, badan saya (untuk kesekian kalinya) seperti kurang sehat.

Masuk angin.

Mungkin karena lupa menutup jendela.
Entahlah.

“Kalau sakit jangan dimanja!” <- kata seorang jurnalis senior.


Saya pun menyalakan computer.

Saya menelpon ke rumah mencari sumber tawa.
Siapa tahu rasa tidak enak badan bisa hilang begitu saja.

***

Di sana: “Halo? Imaaa…”

Di sini: “Halo..belum tidur ma?”

Di sana: “Ima kok suaranya lemes banget kenapa? Ima sakit?”

Di sini: “udah malem ma…”

Di sana: “Ya Allah…sakit anak Mama…”

Di sini: “iya…ini nelpon pengen ketawa…kan dari kemarin kalau nelpon ke rumah bawaannya jadi seneng terus..”

Di sana: “Pakai minyak ***** Beli itu im cepetan..ada temennya gak im? Ada kantor Amway gak disana? Ada temen yang kerja di kantor Amway ga? <- hehe…

Di sini: ……... *&()^%$#

Di sana: “Im? Halo..halo..”

Di sini: “udah malem ma…jam 3 pagi di sini…ada ada aja ngomongin Amway tengah malem gini…ima tidur lagi deh..Mama juga tidur deh udah malam kan di sana?”

Di sana: “Itu minyaknya bagus im..nanti mama beliin deh titip ke temen ima kalau mau ke Melb.. yaudah..cepet baik yah Im…”

Di sini:” iya…”

Klik!

Tak berapa lama,

SMS terus masuk bertubi-tubi.

Bukan dari Mama.

Mama tidak lancar mengetik SMS. Hehe.


Abah: “Ima kenapa? Minum obat ada?”

Ima: “gak ada”

Abah: “kompres air hangat…”

Ima: “iya…”

Abah: “abah titipin yah obat kalau temen ima ada yang mau ke Melb”

Ima: “iya”

Abah: “Ima sebut nama dan alamatnya ya”

Ima: “Iya”

Abah:” kalau ima sakit ada teman ima yang bantu?”

Ima: “ini jam 3 lewat bah…lagi pada tidur ”

Abah:” insya Allah cepat baik..”



Di sini seketika sadar, telah mengurangi waktu tidur orang tua :(

Di sini pun menangis, karena sadar mungkin telah menyebabkan di sana menangis :(

-Kalau sakit jangan dimanja ( atau minta dimanja?)-





17 Maret 2010 Jam 9.00.
Saya mengetik SMS: “ bah maaf ima ketiduran..…Ima udah baik-an sekarang…masih gaenak badan dikit…tapi udah baikan, memang doa babeh mantaap! :P


Abah: “Abah jam 00.30 sholat Hajat 4 rakaat dan baca ..... 3 kali untuk kesembuhan dan semua masalah sekolah Ima, insya Allah jalan baik semua”


Di sini tertidur.

Di sana terus mendoakan.

Di sini terbangun,

Di sana pun sudah bangun.

Di sana kehilangan waktu tidur :(

Di sini pun kehilangan kata-kata.
………………………………



Di sini menulis agar selalu ingat orangtua dalam keadaan sehat dan sakit.

Manja! :P

Friday, March 12, 2010

souvlaki

Kemarin,
sepulangnya membagikan majalah.
Saya naik tram 19 menuju Sydney Road
Saya berniat ke supermarket paling dekat dari rumah.
Barkly Square.

Di Tram pun saya membaca sebuah buku,
Sebuah wajah lalu tampak di tengah halaman buku saya..


Rupanya seseorang menunduk ke tengah buku saya dan bertanya: "hey..boleh saya tahu judul buku yang kamu baca!"

Saya pikir ia mau berkata : "Cii Luuuk Baaaaaaaaa!"

Mengingat wajahnya tiba-tiba saja hadir, menutupi buku di pangkuan saya.


Tapi rupanya ia menanyakan judul buku yang saya baca.
Sedang serius membaca, saya pun tidak berkata apa-apa dan menunjukkan cover buku saya ke mukanya.

Ia lalu membaca dan mengangguk.
Seorang perempuan yang juga bekerja membagikan majalah.
Saya tahu karena ia masih mengenakan topi bertuliskan "city weekly"<- nama majalah yang dibagikan setiap kamis pagi.

Sepertinya juga orang Indonesia.
Tapi saya tidak berkata apa-apa...karena saya sedang serius membaca.
Saya berlaku tidak ramah dan cuma berkata dengan gerak-gerik saya.

Kemarin,
saya lupa membuka rompi merah 'city weekly' yang biasanya cuma saya kenakan saat membagikan majalah.
Mungkin karena terburu-buru mau pulang, saya lupa melepasnya.
Mungkin karena rompi itu lah, perempuan di depan saya mengenali saya sebagai sesama pembagi majalah dan menyapa.


Tapi sayang,
saya sedang terlalu serius membaca hingga lupa bersikap ramah.

saya pun kembali meneruskan membaca.
Hingga saya sadar, perempuan di depan saya pun bergegas turun.
Saya pun melirik stop di sisi kiri jalan:
"yah...kok udah sampai stop 25...kan gue mo belanja dulu di stop 20...kacruut kelewatan!"


Saya pun turun dan berjalan menyusuri Sydney Road
menuju supermarket terdekat.

Di tengah jalan,
saya merasa lapar.
Tapi kebanyakan restoran di Sydney Road belum buka.

Hingga saya melihat sebuah tempat makan bernama **** *****
Sebuah restoran Yunani.
Saya pun masuk dan melihat tulisan SPECIAL: SOUVLAKI 5 DOLLAR!

Sebenarnya saya sedang ingin makan seafood,
tapi di restoran itu tidak terlihat bahwa bahan makanan sudah siap.
Mungkin masih terlalu pagi.

Saya pun bertanya pada seorang bapak di dalam restoran: "hai...restoran ini udah buka belum?"
Dia bilang: "sudah..kamu mau pesan apa?"

Melihat restoran masih kosong,
sementara tulisan 'spesial' sudah termpampang disana, saya pun menunjuk tulisan itu:
"Hmm..saya mau itu...Souvlaki!"


Lalu sang bapak pun bertanya dalam bahasa inggris yang saya kurang paham: "do you want &^**^&%, *&(&^%$#, *(&%^^%&, and garlic sauce?"

Ia bertanya tapi tidak terdengar jelas.
Saya pikir mungkin Ia gagap.
Atau mungkin bahasa inggrisnya kurang jelas.
atau pendengaran saya yang bermasalah
Entahlah

Saya pun menjawab: "Yes!"


Ia pun mulai memasak.
Saya melihat Ia memanggang roti.
Mengoleskan saus.

Dan saya pun bertanya: "souvlaki itu isinya apa aja?"

Ia bilang: "lamb and chicken..dan sayur2an...dan garlic sauce! very healthy!"

Kali ini ia berkata dengan bahasa inggris yang bisa saya mengerti.
Oh mungkin ini yang tadi ia tanyakan.

Ketika menunggu, Ia bertanya: " apa nationality kamu?"

Pengalaman saya di sini, menanyakan 'nationality' adalah sebuah pertanyaan yang lazim.
Mungkin karena penduduk di sini berasal dari berbagai teritori di belahan dunia.

Ketika mendengar jawaban saya, Ia lantas mendebatkan kebangsaan saya.
Dia bilang saya tidak sedikitpun merepresentasikan Indonesia.
Dia lalu bertanya: "apa orang tua kamu dari Eropa?"

Saya bilang: "enggak!"
Dia bertanya lagi: "kakek-kakek kamu?"

Saya bilang: "enggak!" *Seandainya dia tahu Buyut saya anak Siak, Melayu dan anak Kwitang, Jakarta, he*

Berhubung saya sedang membaca buku tentang teori-teori 'nations',
saya pun ingin sedikit membahas tentang konstruksi nations.He

Tapi ia lantas mengomentari bibir, hidung, dan kulit saya dan mengaitkan dengan sebuah bangsa di Eropa.

saya pun mengurungkan niat saya.
Entahlah, saya tiba-tiba tidak merasa nyaman : "lama amat sih souvlakinya!"

Ia lalu bertanya: "How long have you been here?"

Saya bilang: "hmm.. 1,5 taun"


Dia: "How old are you? You must be very young! i think you're under 20.."


Aduh, jelas-jelas muka gua boros..tuwak: "hmm..dibanding kamu sih saya young...he!"

Dia: "jadi umur kamu berapa?"

Saya: "25"

Dia lalu menaruh telunjuk di depan bibirnya dan berkata : "ssstt...kalau orang tanya jangan bilang kamu 25..bilang aja kamu 19!"

*hmm..sepertinya sudah 19 menit saya menunggu di situ..*


Ia bertanya lagi: "are you student? how long are you gonna be here?"

Saya bilang: "iya student...hmm..september nanti saya udah gak di sini lagi!"

Ia berkata: "live here! Australia is a good country! ngapain balik ke negara kamu? di sini kamu bisa dapat uang yang banyak dan kehidupan yang lebih baik! saya aja ga mau kembali ke Negeri saya"

Saya: "emang sih tinggal di Australia enak... tapi kan keluarga saya di Indonesia!"

Dia: "bawa aja mereka ke sini... berapa banyak keluarga kamu? kakak kamu brapa? adik kamu brapa? bawa mereka ke sini..mereka pasti suka! hidup di sini lebih enak!"

Saya terdiam...

(hmm...ibu saya memang ingin saya kerja di sini..menetap di sini... karena ibu saya pun sudah penat di Jakarta...tapi saya yakin ia akan sering menangis kalau di sini..karena saya tahu ia tidak suka suasana sepi...apalagi bulan Ramadan disini benar-benar hampa)


Si pemilik restoran lalu membuyarkan lamunan saya: "Kok saya belum pernah melihat kamu yah sebelumnya? Kamu tinggal dimana?"


Saya (gabisa nahan lapar): "Souvlakinya masih lama?"


Dia lalu mengecek roti di panggangan.
membolak-balik.
dan mencuci beberapa sayuran.

Melihat sayuran-sayuran hijau, Saya spontan bereaksi ketika melihat ia memasukkan suatu jenis sayuran berwana merah : "eii....jangan pakai tomat yah!"


Dia: "oh kamu ga suka tomat?" anyway, kamu kerja gak disini selain sekolah?"


Entah kenapa kali itu saya spontan menjawab "enggak!"
Mungkin karena terlalu lapar saya jadi malas berbincang-bincang.
Padahal pagi itu, saya baru saja bekerja membagikan majalah.

Dia lalu bilang: "kerja di sini aja, gimana kamu mau?"

Saya pun bilang: "wah makasih..tapi saya lagi harus banyak belajar .."

Dia: "tapi kan kamu ga mungkin tiap hari liat buku 24 jam...kalau kamu bosen..kesini aja datang 2-3 jam sehari...kerja di sini!'

Saya: "Hmm makasih...tapi nanti deh ..mungkin bulan Juni kalau udah gak ada kuliah..saya coba coba kerja di sini .."

Dia: "kenapa bulan Juni? kalau kamu mau..hari ini kamu bisa kerja sini...gampang kerja di sini..kamu bisa belajar masak masakan yunani..kalau kamu bisa masak masakan Indonesia itu lebih bagus..jadi nanti kamu bisa masakin saya masakan Indonesia"

Saya: "emangnya kamu mau pensiun? kok nyari pegawai?"

Dia: "saya tetap di sini...tapi kan bagus kalau kamu bisa dapet uang saku tambahan! bagaimana? datanglah ke sini..kalau kamu bosan belajar...kerja dua-tiga jam sehari juga gapapa"

Saya cuma tersenyum.

Dia: "oiya...kamu berapa bayar rent rumah kamu? kamu tinggal sama siapa? saya masih punya kamar kosong di sini..saya bisa sewakan ke kamu.. 50 dollar per week.. kamu bisa relax kalau tinggal di sini...terserah kamu mau ngapain...!"

Semakin lapar, saya pun meminta souvlaki saya: "hmm..saya baru aja pindah...capek ah pindah lagi..udah enak lagian tinggal saama students.."

Dia bertanya: "berapa kamu bayar di sana?"

Saya: "murah banget kok...350 per month..."

Dia lalu berkata: "mahal...kalau tinggal di sini kamu bisa menghemat...dan kamu bisa kerja juga di sini!"

Saya : "makasi..tapi saya pamit yaa.. nanti kalau ada teman laki-laki yang cari tempat saya rekomen deh kamar kamu!"

Ia lalu tertawa: "Ha...nice to see you...sering2 ke sini yah ...!"


***


Entah apa bapak itu memang ramah atau baik.
Atau saya saja yang kurang merasa nyaman saat seseorang terlalu ramah.

satu hal yang pasti: saya tidak akan kembali ke situ lagi! he

Masak sama ngobrol..lamaan ngobrolnya.. pantas saja dia butuh pegawai..


PS: Ada yang mau kerja di situ?

Friday, March 05, 2010

thesis oh thesis!

Adek: "Kaaak.....adek diterima kerjaa kaaaaaaak!" :)


Kakak: "Alhamdulillah....Selamaat yaah dek...iiih adek udah kerja sekarang....ciee adek....."


Adek: "He...iya kak..adek kerja hihihi...tapi gajinya keciiiil bangeet kaa.."

Kakak: "gapapa...entar juga lama-lama nambah...rezeki dateng dari mana-mana...jangan lupa ngasi ke abah, mama yah dek!"

Adek: "oooh iyaa doong.....pastiii! adek mau kasih paling banyak ke abah.....kalau ke mama dikit aja..nanti kan abah ujung2nya ngasi lagi ke mama...hihihihi..."

"gajinya ga mau adek jajanin...uang makan gamau adek pake...uang transpor juga gamau adek pake..jadi gaji adek tambah banyak....biar ngasinya ke abah-mama juga banyak!"

Kakak: "terus, nanti makannya gimana? bawa bekal dari rumah?"

Adek: "Oh, yah pake duit jajan dari abah laah...kan dikasih terus Rp.**.000 sehari..."

Kakak: "hiahahhahahahahahha.....masi ngarep duit jajan...hiahaiahahahha"

Adek: "he...iyaa dong! kakak, gimana thesisnya? gimana ketemu supervisornya? kita satu rumah pada berdoa kak!"

Kakak: hiahahahaha...makasii yaah..

Adek: "iya...abisan kita takut ka'ima down lagi...gimana kak? udah berapa halaman thesisnya?"

Kakak: "yah boro-boro berapa halaman...satu kata aja belum dek... literature review suruh ulang lagi..."

"tapi kemaren gatau kenapa dosen kakak kocak banget...biasanya kan dia 'keras' banget..... dulu si awal-awal masih ketawa-ketawa kakak...lama-lama mulai stress...lama-lama mulai gak yakin dan sedih..."

Adek: "huhu kasian kakak...susah banget yah kak?"

Kakak: "gimana yah? yang bikin susah itu karena kita dibimbing kan... kalau ngerjain tugas biasanya kan kakak ga pernah konsultasi...yah bikin aja apa yang kakak suka..soal nilai belakangan...."

"nah ini kita udah bikin tapi dikritik trus kan sedih lama-lama..he"

"Dulu pernah, waktu disuruh ngulang proposal melulu...pertama, kedua masih ketawa-ketawa semangat...pas yang ketiga kakak sampe ngelantur pas bimbingan!"


Adek: "Hah, ngelantur gimana? kakak ga tidur kan pas dia bimbingan?"

Kakak: hiaaha...gila kali kakak tidur..hiahahha...boleh juga tu! haha..

Jadi kan gini..kakak udah semangat-semangat nih ke ruangan dia bawa proposal...kakak yakin udah bagus tu proposal...eh pas ketemu dia...ternyata masih belum bagus...

***

Supervisor: "Go back to your proposal...!"

Kakak(dongkol): "Hmmm....kamu tau gak toko sepatu yang bagus dimana? tapi jangan yg terlalu mahal yah!"

Supervisor: "WHAaaaaT??! i didnt expect you'd ask that question!"

Kakak: "while i never expect you'd ask me to do the same thing again!"

***

Adek: "hah....gilaak...ngapain nanya-nanya toko sepatu ma supervisor...nanya yang murah segala lagi hiahahha..."

Kakak: "gatau tuh kakak ngelantur gitu aja..he..."

"tapi dasar researcher..abis situ dicariin ama dia toko sepatu yang bagus dimana...trus dia ngasih saran yang komprehensif....hiahahha..."

"tapi itu dulu waktu awal-awal kakak masih seneng2 aja ketemu dia...lama-lama kakak jadi takut ketemu dia..orang kakak tiap bikin draft ga pernah bener! "

Adek: "yah,, belom jadi sama sekali yah kak? kalau bulan april belom ada kemajuan mundur aja boleh kak?"

Kakak: waah...gabisa...masa mundur....kalau mundur..nilai kakak ancur dong... galulus dong! tenang aja dek...ada satu kok yang udah jadi...

Adek: "Horee..apa?"

Kakak: "Halaman Ucapan terima kasih!! ACKNOWLEDGEMENT! dapet inspirasi tadi pagi!"

Adek: "Hiahahaha...kakak bangeeeet!"
***

Thursday, February 18, 2010

b e r t a h a n

Tadi pagi saya merasa tidak enak badan,
Tapi tanggung jawab saya setiap kamis pagi: membagikan-bagikan majalah.

Saya pun berjalan lemas meninggalkan apartemen.
Ah semakin lemas.

Saya pun berlari.
baru sebentar saya berlari.
Saya sudah lemas.
Memang tubuh saya sedang kurang sehat.

Seperti biasa,
Seorang perempuan sudah siap siaga membagi-bagikan majalah di perempatan Collins dan King St.
Rupaya, Ia selalu mulai lebih awal dari jam kerja seharusnya.
Hebat!

Saya pun sampai di pangkalan saya.
Saya membuka ikatan-ikatan pada tiga bundel majalah yang harus saya bagikan.
300 Majalah.

Belum sempat saya membagikan majalah,
Saya merasa begitu lemas.
Angin pagi ini lumayan besar.
Sepertinya saya masuk angin.

Saya merasa Keliyengan.
Pandangan saya pun sempat kabur sebentar.

Saya lantas berusaha berdiri dan mulai membagikan majalah

***

Sejak membagikan majalah yang pertama
Saya sudah merasa ingin pingsan.
Saya menengok ke belakang.
Ah, masih 299 majalah lagi :(.

Dari kejauhan saya melihat seorang bapak tersenyum.
Saya hafal wajahnya.
Ia bekerja di kantor persis di belakang tempat saya berdiri setiap kamis pagi.

Ia selalu menyapa ramah.
Ia juga rajin mengomentari pakaian, sepatu, topi bahkan pernah jemari tangan saya.

Pernah suatu ketika,
Ia menerima majalah dari tangan saya.
Ia lantas masuk ke kantor.

Tak berapa lama, ia keluar lagi dan berkata: "nanti kamu jangan lupa bersihin tangan ya"

Terlalu sibuk membagi-bagikan majalah pada orang lain
Saya tidak mengusiknya.
Hingga saya sadar, jika tangan saya selalu berwarna hitam setiap kamis pagi.
karena terlalu lama menggengam tumpukan majalah.

***

Pagi ini, seperti biasa Ia tersenyum ramah.

kali ini saya menyapanya: "Kamu mau gak kalau saya kasih 2 majalah?"


Entah kenapa Ia lantas tersenyum lebar.Penuh arti: "kamu mau kasih saya 2? Kenapa?"

Saya menjawab jujur: "saya lagi kurang enak badan, tidak sabar ingin cepat selesai!"

Ia pun berkata: "oooh...ingin cepat selesai..."


Saya pun memberikan dua majalah padanya.
Ia membuka telapak tangannya
lalu memasukkan majalah-majalah saya ke dalam tas.

Saya kembali menengok ke belakang.
Aduh, masih 297 majalah lagi.
Saya ingin pulang!

Belum lagi,
angin semakin besar.
Lembaran pada majalah-majalah saya terbuka dengan sendirinya.

Untunglah, tidak terlalu kencang.
Majalah-majalah saya tidak sampai terjatuh.

Saya pun berdoa agar saya tidak sampai terjatuh.
Setidaknya, sebelum tugas saya rampung

***

Tapi,
hari ini sepertinya saya lebih 'lincah' dari biasanya.
"Lincah" karena saya membagikan majalah sambil sempoyongan. He.

Jika biasanya saya memilih mundur saat para pejalan kaki berhenti dan bertumpuk di satu titik sambil menunggu menyeberang,

Kali ini entah kenapa saya melangkah masuk dan mengitari mereka satu persatu.
banyak dari mereka pun mau membuka telapak tangannya untuk menerima majalah saya
satu demi satu
Hingga
Majalah saya pun akhirnya habis!

Saya pun ingin segera pulang!

Lega rasanya

menyadari bahwa

Senyuman dan tangan-tangan terbuka telah membuat saya sanggup bertahan :)

Thursday, February 11, 2010

f i r s t i n t e r v i e w :P



Adek: "Kaaaak....adek abis interview...ble'e abis...grogi bangeet...pakai
bahasa inggris... semuanya adek tambahin 'is is is'.....dikit dikit
is...kacaaau,.. ble'e banget bahasa inggris adek acak adut kayak si
Mama!"

Kakak: "haha...kualat tuh suka ngeledek Mama!"

Adek: "siaul!"

Kakak: "critain dong!"



Adek: "Iyah, adek grogi abis....kayaknya kacau banget deh ga bakal diterima! sampe ditanya
what's your hobby? adek bilang aja "that's it!"

Kakak: "hahah...bentar-bentar berapa lama interviewnya?"

Adek: "hmm... 20 menitan deh!"

Kakak: "Oh bagus tuh, ada harapan! doa aja"

Adek: "oh , tapi interviewernya gak bilang apa-apa kak...adek tanya aja abis interview....jadi
kapan saya dihubungin lagi? HRD bilang akhir januari!"

Kakak: "hahahaha......kok pake nanya-nanya minta dihubungi? pede gilaa...hahahah..!"

Adek: "iya, adek juga ga nyadar...yang jelas grogi banget...pokoknya abis sini adek mau les
bahasa inggris conversation! adek padahal udah belajar grammar loh, tapi kalau ngomong
mikirin grammar bisa 10 menit baru keluar setiap kalimat"

Kakak: "tapi bagus juga dia bilang bakal dihubungi...eh bentar....tapi kan akhir januari udah
lewat...hahaha...dikerjain!"

Adek: "eh, enggak..dia bilang akhir februari...adek salah ngomong!"

Kakak: Ooh..bagus deh..

Adek: "terus orang HRD nya deskripsiin gitu kak...katanya kalau kerja disini stress tingkat tinggi
loh ..ngejar deadline...beban kerjanya banyak! adek bilang aja: "saya siap lembur!"

Kakak: "jiee.."

Adek: "he...terus HRDnya masa nanya-nanya berat badan masa kak! dia nanya berat badan
adek berapa?"
adek bilang aja 47!

terus dia nanya: kamu siap gak kalau kerja disini nanti berat kamu
turun jadi 43?

Adek jawab aja: "oh tenang aja mba,,,,saya akan makan terus,,,pokoknya saya akan selalu
makan sambil kerja!"


Kakak: "Hahahahahahaha.... dodooool......niat kerjaaa gak sih?"

Adek: "iya tadi adek gak nyadar kak.....pas adek keluar adek baru mikir...kenapa adek jawab
mau makan terus yaah... huhu... eh kak...terus adek ditanya lagi...kapan siap kerja?"

Adek bilang aja: "one week after interview!"

Interviewer: "kenapa one week? kan kamu nganggur?"

Adek; "Oh, ASS SOON AS POSSIBLE!" <- tertulis begitu haha..

 Kakak: huahauahuahauahauaha

Adek: "adek bingung kak..bener gak sih itu jawabannya?"

Kakak: "bener bener aja sih..haha.. gajinya berapa dek?"

Adek: "yah keciiil bangeet kak...adek kan gak punya pengalaman... adek tulis aja 1,8...adek ga berani tulis banyak-banyak!

Interviewer: "diisni kan kamu tulis 1,8....kan bisa nego kan? jadi berapa kurangnya?

Adek: "oooh...kalau gitu 1,7!"

Kakak: "hahahahahaha....."

Adek: "Kak, tadi adek grogi banget..masa pake bahasa indonesia aja adek ngomongnya belibet, muter-muter, grogi banget jadinya bahasa indonesia acak adut, inggris pun acak adut..tapi pas menit2 seterusnya bahasa indonesia adek udah mulai bagus. lebih tearah"

Kakak: "bagus deh,hehe. dulu kaka juga gitu haha. kaka malah paraah banget"

Adek: "iya deh buat pengalaman yah kak...emang kakak dulu kenapa?"

Kakak: "Pertama kali interview..grogi abis..saking groginya..temen2 kakak pada bingung pas kakak keluar: Loh ima kenapa? kok amplop cv-nya lo pegang lagi?

Kakak bilang: "ga kenapa2..ya Allah..gw minta amplop gw balik!"
Adek: "hahahaha......paraaaah!"
Kakak: "terus temen kakak pada ngakak bilang: hahaha...jangan kayak orang susah deh lo,
amplop 'gope' doang diminta hahahah, buat ngirim cv lagi im? haha"

Adek: "masa amplop di minta lagI? wakakakakakaka , adek ngakak sampe nangis nih!" haha

Kakak: "kakak juga gatau kenapa pakai minta amplop segala..namanya juga grogi interview
pertama, terus bingung gimana cara pamit nya...yauda minta amplop!"

Adek: "haha HRDnya juga oon ...lagi ngasih2 aja! haha.. tapi iya grogi abis yah kak.."

Kakak: "abisss...!"

adek: "haha ...kacaaau...kocaaak bgt si kakaaaaa...kalau mau pamit tu bilang:
selamat siang buuu...hahahahaha"

KakaK: " hahaha...namanya juga grogi....eh dek... bagus tuh adek...interviewnya ketawa
tawa...kemungkinan diterima tuh....semoga diterima yah dek!"

-Beberapa menit kemudian-

Adek: "alhamdulillah ka imaaaaaaaa...adek barusan ditelpon lagi... tapi gawaaat nih ..saking
senengnya adek lupa jam berapa besok adek disuruh datang interview... kalau gak jam
8.30...9.30....apa 10.30 yaa?...jhuhuuuuu

Kakak: "telp balik laah...gimana sii..?"

Adek: "yaa alesannya apa ka?.....masa baru ditelpon udah telpon lagi? ntar ketauan adek pikun?!



&^*^%$#@!*(&^&

Tuesday, February 09, 2010

a k h l a k ...

Sekitar sebulan yang lalu, saya akhirnya pulang ke apartemen

Malam itu saya berniat membuat cake untuk ketiga housemates saya.

Dengan ditemani dua orang teman, kami pun berbelanja ke supermarket terdekat.

Saya membeli bahan-bahan yang diperlukan.

Ketika hendak mengambil ‘vanila essence’ di lorong produk kue, teman saya berkata: “eh ima, kalau pakai itu, nanti mba In gabisa makan loh!”

Saya pun bingung: “kenapa?”

Teman saya berkata: “Vanila essence kan ada kandungan alkoholnya…kalau gue sih gapapa..tapi kalau mba In dia pasti gamau makan!”

Saya pun membatalkan niat membeli vanilla essence: “oh yaudah gajadi beli deh…lagian dipakainya Cuma setengah sendok makan..ga bakal merubah rasa kue palingan”

***

Alkohol!

Di sini teman-teman saya senang mengkonsumsi minuman alkohol.

DI Jakarta juga sih. He… ;p

Tapi saya sendiri tidak terlalu suka aromanya.

Meski tidak keberatan melihat teman mengkonsumsi produk beralkohol,

Sejak dulu, saya tidak terlalu suka melihat efek alkohol pada teman-teman saya.

Seringkali membuat mereka melakukan apa yang tidak akan mereka lakukan saat mereka tidak di bawah pengaruh alkohol.

Tidak usah saya jabarkan yah :p

***

Sewaktu saya ‘remaja’, teman-teman saya pasti mengolok-olok jika saya menolak minuman berakohol.

Katanya: “gak asik lo, gak asik lo..cupuuw..udah dikiiiit aja..ga bakal kenapa kenapa juga”

Memang saya tahu tidak akan kenapa-kenapa,

Tapi jujur saya takut sama abah saya :P

Bukan takut dimarahi.

Lebih tepatnya, takut mengecewakan.

***

Sewaktu kecil, saya kakak dan adik selalu ingin jadi orang kaya.

Rumah kami kecil, sementara rumah sepupu-sepupu dan teman-teman besar-besar.

Ada kolam renangnya :)

Harga rumah memang terlalu mahal.

Abah pun tidak pernah sanggup membeli rumah yang besar dengan kolam renang.


Tapi, ketika sepupu dan teman-teman punya video game,

Abah membelikan kami Nintendo, Sega, Super Nintendo hingga Playstation :)

Hore!


Tapi,

Ketika sepupu-sepupu merayakan ulang tahun di restoran dengan badut dan permainan yang seru,

Ulang tahun kami selalu dirayakan di rumah.

Ketika sepupu-sepupu selalu liburan sekolah ke luar negeri,

Kami tidak pernah liburan ke luar negeri.

Setiap liburan sekolah usai, terkadang saya malu, ketika anak-anak lain bertanya: “Ima liburan kemana? Ima udah berapa kali naik pesawat terbang?”

Terkadang saya berbohong.

Terkadang saya berkata jujur: “belum pernah”

“Gak asik! Cupuuw!”

***

Dulu (dan mungkin juga kini), liburan ke luar negeri melebihi kesanggupan abah saya.

Sebenarnya abah mungkin berpenghasilan cukup.

Tapi ia menikahi perempuan dari keluarga dengan latar belakang dan gaya hidup 'tertentu'

Sehingga ibu saya ingin memiliki rumah yang besar.

Sehingga kakak saya ingin memakai sepatu basket bermerk

Sehingga saya ingin memiliki mainan dan baju-baju yang sedang trend

Sehingga adik saya ingin bisa bermain alat musik mahal seperti piano,

Kami semua menginginkan segala sesuatu yang mahal,

Seperti yang dimiliki sepupu-sepupu kami.

Hingga ‘kebutuhan’ kami dulu membuat penghasilan abah seperti tidak pernah cukup :(

***

Sejak kecil, saya pun terbiasa melihat Abah bekerja keras.

Rumah kami di Jakarta Selatan.

Setiap jam 6 pagi Abah meninggalkan rumah menuju kantor di Jakarta Utara.

Sorenya pun Ia lanjut ke tempat praktek di Tangerang, Bukan lagi di Jakarta.

Jam 11-12 Malam Ia baru tiba di rumah.Saat kami semua telah terlelap.

Suatu hari saya sadar bahwa Ia berkerja terlalu keras meski Ia tidak pernah mengeluh letih.

***

Sore itu,

Saya ikut abah praktek ke kliniknya di Tangerang.

Ketika jam praktek usai, saya pun langsung tidur di mobil: “capek, ngantuk!”

Di tengah perjalanan, saya terbangun: “Yah, masih di jalan tol..rumah kami masih jauh..saya ingin segera tidur di kasur”

Saya pun melirik abah saya.

Ia sedang menguap.

Rupanya Ia mengantuk.

Ia menguap berkali-kali sepanjang perjalanan.

Hingga kami sampai di rumah.


Sejak malam itu,

Saya selalu menanti abah pulang praktek.

Saya ingin menyambutnya setiap malam.


Suatu hari abah tidak kunjung tiba di rumah

Padahal sudah jam 12 lewat.

Saya pun khawatir dan takut.


Hingga telepon rumah berdering, ibu saya yang menerima: “Abah kecelakaan di tol!”.

Mobilnya terbalik hingga hancur.

Saya pun menangis sejadi-jadinya.

Kami semua menangis :(


Syukurlah, abah saya tidak terluka sedikit pun.

Ia selamat dan pulang dalam keadaan sehat.

Alhamdulillah …


Meski mobil kemudian diperbaiki di bengkel,

Abah tetap bekerja keesokan harinya.

Naik angkot

Ia bilang: “tiap malam pulang diantar teman”


Padahal Saya tahu ia berbohong.


Setiap malam, saya selalu menunggu kepulangan abah.

Dari jendela kamar, seringkali saya melihatnya pulang jalan kaki.

Ia pasti naik bis dan turun di depan komplek.

***

Suatu hari saya dan kakak melompat kegirangan: “Horee kita bakal jadi orang kayaa…horee”

Kala itu, kami mendengar abah bisa mendapatkan uang yang banyak.

Banyak sekali sehingga saya dan kakak berkhayal ingin membeli mainan impian dan liburan ke luar negeri : “Yesss….akhirnyaaaa!”

Tapi belum lama kami melompat kegirangan.

Tiba-tiba saja Abah berkata: Tidak!”

Kami pun heran dan kecewa seketika: “Yaa…abaah..kenapa? kan kita bisa jadi orang kaya..abah gak perlu lagi praktek jauh-jauh ke Tangerang…abah bisa beli mobil baru yang bagus…kita bisa pindah ke rumah yang gede…kita bisa liburan ke luar negeri..ayoo dong baah..kasih aja!”


Kami pun terus memohonnya.

Memohon agar Ia bersedia membuatkan surat sakit.

Untuk seorang tersangka koruptor.

Agar sang tersangka bisa menghindar sementara dari pengadilan.


Meski kami terus memohon penuh harap, Abah tetap menolak: “Tidak!”

“Tidak karena abah tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan anak-anak abah. Tidak karena abah tidak mau memberi makan kami dari uang haram. Tidak karena abah tidak mau di tubuh kami terdapat sesuatu yang haram. Karena mengkonsumi yang haram taruhannya akhlak!”

Abah tidak mau akhlak kami menjadi buruk karena sesuatu yang haram.

Saya dan kakak pun menunduk kecewa: “yaah gak jadi kaya deh kita…akhlak apaan sih…kolot banget sih si abah…belum terbukti si itu korupsi…lagian semua orang juga dikit-dikit bandel…yaaah…gagal deh :(

***

Ketika saya berangkat ke Melb pun,

Saya berkali-kali diingatkan untuk tidak mengkonsumsi yang haram.

Untuk tidak makan babi, untuk tidak makan di restoran yang menjual babi, untuk tidak minum alkohol.

Uniknya, teman-teman saya yang biasa minum alkohol pun ikut mengingatkan: “elo jangan minum alkohol yah disana!” he.


Tentu saja saya tidak minum alcohol

Jika ratusan kali di desak ‘ledekan’ teman tidak pernah berhasil membuat saya menengguk alkohol.

Apalagi di sini, yang tanpa tekanan pergaulan :P

Saya sendiri masih ingat perkataan abah : “mengkonsumsi yang haram itu taruhannya akhlak!”

***

Tapi saya tidak pernah sadar bahwa kue yang biasa saya bikin pun ternyata bisa jadi tidak halal.


Ketika membuat kue untuk housemates saya,

Saat itu, mereka semua sedang menonton tv.

Saya pun ikut mengaduk adonan di depan tv. He


Ketika matang, saya pun langsung membawa kue dari oven ke tengah ruang tv

Oh, tapi masih terlalu panas.

Saya pun belum bisa mengoleskan adonan icing ke atas kue.

Tapi teman-teman saya sudah tidak sabar ingin mencobanya :P

Merekapun memotong kue, memindahkannya ke mangkuk, dan menyendokkan icing ke mangkok mereka.


Dari tiga orang teman,

Hanya mba In, yang tidak mengambil icing.

Saya pun menawarkan: “Mba in..pakai icing lebih enak loh!”

Mba In menolak: “Nggak ima…aku gak yakin icing nya halal…kamu tadi pakai cream cheese..aku belum perhatikan benar kandungan cream cheesenya…tapi kuenya ini enak kok!” :)


Saya pun tersenyum,

Meski saya bingung Mba In menolak icing saya: “ah tapi gak papa..toh teman-teman yang lain makan!”


Bingung karena Mba In bilang tidak yakin halal…

Saya tahu Mba In tidak minum alkohol, saya pun tidak mengkonsumsi alkohol.

Saya tahu Mba In tidak makan daging babi, saya pun tidak makan daging babi.

Saya tahu Mba In tidak pernah membeli daging dari supermarket biasa, saya pun membeli daging dari toko Halal.

Meski setiap kali ditawarkan masakan oleh teman, saya tidak pernah berani menolak jika saya tahu dagingnya beli di supermarket biasa.

Tapi,

saya tidak tahu Mba In tidak mau makan keju, es krim, roti, coklat, kue, sushi, segala produk makanan yang diyakininya mengandung sesuatu yang tidak halal.

Segala sesuatu yang biasa saya makan.

***

Sepanjang bulan December 2009, Mba In selalu tampak pucat dan lemas

Sudah beberapa hari Ia tidak masuk kerja karena sakit.

Jika menonton tv, Ia akan terbaring lemas di sofa.

Setiap kali melihatnya, saya dan teman-teman bertanya: “Mba In gimana kabarnya? Masih sakit?”

Ia pun lebih banyak di kamarnya.


Setiap kali saya dan teman-teman mau meninggalkan rumah, kami pun mengetuk kamar Mba In: “Mba, kita mau keluar, Mba In mau nitip dibeliin makanan apa?”

Setahu saya, orang sakit itu senang diperhatikan.

Saya pun cenderung merasa homesick setiap kali saya sakit.


Meski sejak bekerja, para jurnalis menasehati saya: “kalau sakit jangan dimanja!”

Tetap saja, Saya akan menangis di kamar setiap kali saya sakit.

Homesick. Rindu perhatian orangtua dan saudara kandung saya. He..


Suatu hari saya mau pergi meninggalkan apartemen,

Saya pun mengetuk kamar Mba In: “Mba, mau dibeliin makanan apa?”

Ia menjawab “Nandos”, sebuah restoran yang menyajikan ayam bersertifikasi halal.


Beberapa hari kemudian saya mau ke supermarket,

Saya pun bertanya pada Mba In: “mau apa mba?”

Ia minta dibelikan Sebuah es krim merk tertentu. Merk yang sudah pasti Halal.


Suatu hari Mba In keluar kamar dengan wajah panik,

Saya dan teman sedang menonton tv.

Dengan perlahan ia bercerita baru menerima telpon dari dokter.

Ada dugaan ia terjangkit suatu penyakit serius.

Di tengah kesedihannya, Ia lantas berkata: “tapi ini masih dugaan, sekarang aku mau ke dokter dulu…kalau memang benar aku terjangkit penyakit itu…maka semua yang di rumah ini pun harus cek darah, supaya bisa di cek ..supaya bisa segera diobati jika tertular!”

Saya belum pernah cek darah.

Saya pun sedikit merasa takut.

Dalam takut saya berpikir: “bagaimana mungkin seseorang yang sedih karena dikejutkan dugaan terjangkit penyakit masih sempat memikirkan orang lain?”

A K H L A K!



PS: Alhamdulillah, dugaan itu tidak terbukti, Mba In kini sudah sehat dan selalu saja sumringah menceritakan persiapan pernikahannya bulan depan. Selamat yaaah Mba :) :) :) :) :)