Tuesday, February 09, 2010

a k h l a k ...

Sekitar sebulan yang lalu, saya akhirnya pulang ke apartemen

Malam itu saya berniat membuat cake untuk ketiga housemates saya.

Dengan ditemani dua orang teman, kami pun berbelanja ke supermarket terdekat.

Saya membeli bahan-bahan yang diperlukan.

Ketika hendak mengambil ‘vanila essence’ di lorong produk kue, teman saya berkata: “eh ima, kalau pakai itu, nanti mba In gabisa makan loh!”

Saya pun bingung: “kenapa?”

Teman saya berkata: “Vanila essence kan ada kandungan alkoholnya…kalau gue sih gapapa..tapi kalau mba In dia pasti gamau makan!”

Saya pun membatalkan niat membeli vanilla essence: “oh yaudah gajadi beli deh…lagian dipakainya Cuma setengah sendok makan..ga bakal merubah rasa kue palingan”

***

Alkohol!

Di sini teman-teman saya senang mengkonsumsi minuman alkohol.

DI Jakarta juga sih. He… ;p

Tapi saya sendiri tidak terlalu suka aromanya.

Meski tidak keberatan melihat teman mengkonsumsi produk beralkohol,

Sejak dulu, saya tidak terlalu suka melihat efek alkohol pada teman-teman saya.

Seringkali membuat mereka melakukan apa yang tidak akan mereka lakukan saat mereka tidak di bawah pengaruh alkohol.

Tidak usah saya jabarkan yah :p

***

Sewaktu saya ‘remaja’, teman-teman saya pasti mengolok-olok jika saya menolak minuman berakohol.

Katanya: “gak asik lo, gak asik lo..cupuuw..udah dikiiiit aja..ga bakal kenapa kenapa juga”

Memang saya tahu tidak akan kenapa-kenapa,

Tapi jujur saya takut sama abah saya :P

Bukan takut dimarahi.

Lebih tepatnya, takut mengecewakan.

***

Sewaktu kecil, saya kakak dan adik selalu ingin jadi orang kaya.

Rumah kami kecil, sementara rumah sepupu-sepupu dan teman-teman besar-besar.

Ada kolam renangnya :)

Harga rumah memang terlalu mahal.

Abah pun tidak pernah sanggup membeli rumah yang besar dengan kolam renang.


Tapi, ketika sepupu dan teman-teman punya video game,

Abah membelikan kami Nintendo, Sega, Super Nintendo hingga Playstation :)

Hore!


Tapi,

Ketika sepupu-sepupu merayakan ulang tahun di restoran dengan badut dan permainan yang seru,

Ulang tahun kami selalu dirayakan di rumah.

Ketika sepupu-sepupu selalu liburan sekolah ke luar negeri,

Kami tidak pernah liburan ke luar negeri.

Setiap liburan sekolah usai, terkadang saya malu, ketika anak-anak lain bertanya: “Ima liburan kemana? Ima udah berapa kali naik pesawat terbang?”

Terkadang saya berbohong.

Terkadang saya berkata jujur: “belum pernah”

“Gak asik! Cupuuw!”

***

Dulu (dan mungkin juga kini), liburan ke luar negeri melebihi kesanggupan abah saya.

Sebenarnya abah mungkin berpenghasilan cukup.

Tapi ia menikahi perempuan dari keluarga dengan latar belakang dan gaya hidup 'tertentu'

Sehingga ibu saya ingin memiliki rumah yang besar.

Sehingga kakak saya ingin memakai sepatu basket bermerk

Sehingga saya ingin memiliki mainan dan baju-baju yang sedang trend

Sehingga adik saya ingin bisa bermain alat musik mahal seperti piano,

Kami semua menginginkan segala sesuatu yang mahal,

Seperti yang dimiliki sepupu-sepupu kami.

Hingga ‘kebutuhan’ kami dulu membuat penghasilan abah seperti tidak pernah cukup :(

***

Sejak kecil, saya pun terbiasa melihat Abah bekerja keras.

Rumah kami di Jakarta Selatan.

Setiap jam 6 pagi Abah meninggalkan rumah menuju kantor di Jakarta Utara.

Sorenya pun Ia lanjut ke tempat praktek di Tangerang, Bukan lagi di Jakarta.

Jam 11-12 Malam Ia baru tiba di rumah.Saat kami semua telah terlelap.

Suatu hari saya sadar bahwa Ia berkerja terlalu keras meski Ia tidak pernah mengeluh letih.

***

Sore itu,

Saya ikut abah praktek ke kliniknya di Tangerang.

Ketika jam praktek usai, saya pun langsung tidur di mobil: “capek, ngantuk!”

Di tengah perjalanan, saya terbangun: “Yah, masih di jalan tol..rumah kami masih jauh..saya ingin segera tidur di kasur”

Saya pun melirik abah saya.

Ia sedang menguap.

Rupanya Ia mengantuk.

Ia menguap berkali-kali sepanjang perjalanan.

Hingga kami sampai di rumah.


Sejak malam itu,

Saya selalu menanti abah pulang praktek.

Saya ingin menyambutnya setiap malam.


Suatu hari abah tidak kunjung tiba di rumah

Padahal sudah jam 12 lewat.

Saya pun khawatir dan takut.


Hingga telepon rumah berdering, ibu saya yang menerima: “Abah kecelakaan di tol!”.

Mobilnya terbalik hingga hancur.

Saya pun menangis sejadi-jadinya.

Kami semua menangis :(


Syukurlah, abah saya tidak terluka sedikit pun.

Ia selamat dan pulang dalam keadaan sehat.

Alhamdulillah …


Meski mobil kemudian diperbaiki di bengkel,

Abah tetap bekerja keesokan harinya.

Naik angkot

Ia bilang: “tiap malam pulang diantar teman”


Padahal Saya tahu ia berbohong.


Setiap malam, saya selalu menunggu kepulangan abah.

Dari jendela kamar, seringkali saya melihatnya pulang jalan kaki.

Ia pasti naik bis dan turun di depan komplek.

***

Suatu hari saya dan kakak melompat kegirangan: “Horee kita bakal jadi orang kayaa…horee”

Kala itu, kami mendengar abah bisa mendapatkan uang yang banyak.

Banyak sekali sehingga saya dan kakak berkhayal ingin membeli mainan impian dan liburan ke luar negeri : “Yesss….akhirnyaaaa!”

Tapi belum lama kami melompat kegirangan.

Tiba-tiba saja Abah berkata: Tidak!”

Kami pun heran dan kecewa seketika: “Yaa…abaah..kenapa? kan kita bisa jadi orang kaya..abah gak perlu lagi praktek jauh-jauh ke Tangerang…abah bisa beli mobil baru yang bagus…kita bisa pindah ke rumah yang gede…kita bisa liburan ke luar negeri..ayoo dong baah..kasih aja!”


Kami pun terus memohonnya.

Memohon agar Ia bersedia membuatkan surat sakit.

Untuk seorang tersangka koruptor.

Agar sang tersangka bisa menghindar sementara dari pengadilan.


Meski kami terus memohon penuh harap, Abah tetap menolak: “Tidak!”

“Tidak karena abah tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada istri dan anak-anak abah. Tidak karena abah tidak mau memberi makan kami dari uang haram. Tidak karena abah tidak mau di tubuh kami terdapat sesuatu yang haram. Karena mengkonsumi yang haram taruhannya akhlak!”

Abah tidak mau akhlak kami menjadi buruk karena sesuatu yang haram.

Saya dan kakak pun menunduk kecewa: “yaah gak jadi kaya deh kita…akhlak apaan sih…kolot banget sih si abah…belum terbukti si itu korupsi…lagian semua orang juga dikit-dikit bandel…yaaah…gagal deh :(

***

Ketika saya berangkat ke Melb pun,

Saya berkali-kali diingatkan untuk tidak mengkonsumsi yang haram.

Untuk tidak makan babi, untuk tidak makan di restoran yang menjual babi, untuk tidak minum alkohol.

Uniknya, teman-teman saya yang biasa minum alkohol pun ikut mengingatkan: “elo jangan minum alkohol yah disana!” he.


Tentu saja saya tidak minum alcohol

Jika ratusan kali di desak ‘ledekan’ teman tidak pernah berhasil membuat saya menengguk alkohol.

Apalagi di sini, yang tanpa tekanan pergaulan :P

Saya sendiri masih ingat perkataan abah : “mengkonsumsi yang haram itu taruhannya akhlak!”

***

Tapi saya tidak pernah sadar bahwa kue yang biasa saya bikin pun ternyata bisa jadi tidak halal.


Ketika membuat kue untuk housemates saya,

Saat itu, mereka semua sedang menonton tv.

Saya pun ikut mengaduk adonan di depan tv. He


Ketika matang, saya pun langsung membawa kue dari oven ke tengah ruang tv

Oh, tapi masih terlalu panas.

Saya pun belum bisa mengoleskan adonan icing ke atas kue.

Tapi teman-teman saya sudah tidak sabar ingin mencobanya :P

Merekapun memotong kue, memindahkannya ke mangkuk, dan menyendokkan icing ke mangkok mereka.


Dari tiga orang teman,

Hanya mba In, yang tidak mengambil icing.

Saya pun menawarkan: “Mba in..pakai icing lebih enak loh!”

Mba In menolak: “Nggak ima…aku gak yakin icing nya halal…kamu tadi pakai cream cheese..aku belum perhatikan benar kandungan cream cheesenya…tapi kuenya ini enak kok!” :)


Saya pun tersenyum,

Meski saya bingung Mba In menolak icing saya: “ah tapi gak papa..toh teman-teman yang lain makan!”


Bingung karena Mba In bilang tidak yakin halal…

Saya tahu Mba In tidak minum alkohol, saya pun tidak mengkonsumsi alkohol.

Saya tahu Mba In tidak makan daging babi, saya pun tidak makan daging babi.

Saya tahu Mba In tidak pernah membeli daging dari supermarket biasa, saya pun membeli daging dari toko Halal.

Meski setiap kali ditawarkan masakan oleh teman, saya tidak pernah berani menolak jika saya tahu dagingnya beli di supermarket biasa.

Tapi,

saya tidak tahu Mba In tidak mau makan keju, es krim, roti, coklat, kue, sushi, segala produk makanan yang diyakininya mengandung sesuatu yang tidak halal.

Segala sesuatu yang biasa saya makan.

***

Sepanjang bulan December 2009, Mba In selalu tampak pucat dan lemas

Sudah beberapa hari Ia tidak masuk kerja karena sakit.

Jika menonton tv, Ia akan terbaring lemas di sofa.

Setiap kali melihatnya, saya dan teman-teman bertanya: “Mba In gimana kabarnya? Masih sakit?”

Ia pun lebih banyak di kamarnya.


Setiap kali saya dan teman-teman mau meninggalkan rumah, kami pun mengetuk kamar Mba In: “Mba, kita mau keluar, Mba In mau nitip dibeliin makanan apa?”

Setahu saya, orang sakit itu senang diperhatikan.

Saya pun cenderung merasa homesick setiap kali saya sakit.


Meski sejak bekerja, para jurnalis menasehati saya: “kalau sakit jangan dimanja!”

Tetap saja, Saya akan menangis di kamar setiap kali saya sakit.

Homesick. Rindu perhatian orangtua dan saudara kandung saya. He..


Suatu hari saya mau pergi meninggalkan apartemen,

Saya pun mengetuk kamar Mba In: “Mba, mau dibeliin makanan apa?”

Ia menjawab “Nandos”, sebuah restoran yang menyajikan ayam bersertifikasi halal.


Beberapa hari kemudian saya mau ke supermarket,

Saya pun bertanya pada Mba In: “mau apa mba?”

Ia minta dibelikan Sebuah es krim merk tertentu. Merk yang sudah pasti Halal.


Suatu hari Mba In keluar kamar dengan wajah panik,

Saya dan teman sedang menonton tv.

Dengan perlahan ia bercerita baru menerima telpon dari dokter.

Ada dugaan ia terjangkit suatu penyakit serius.

Di tengah kesedihannya, Ia lantas berkata: “tapi ini masih dugaan, sekarang aku mau ke dokter dulu…kalau memang benar aku terjangkit penyakit itu…maka semua yang di rumah ini pun harus cek darah, supaya bisa di cek ..supaya bisa segera diobati jika tertular!”

Saya belum pernah cek darah.

Saya pun sedikit merasa takut.

Dalam takut saya berpikir: “bagaimana mungkin seseorang yang sedih karena dikejutkan dugaan terjangkit penyakit masih sempat memikirkan orang lain?”

A K H L A K!



PS: Alhamdulillah, dugaan itu tidak terbukti, Mba In kini sudah sehat dan selalu saja sumringah menceritakan persiapan pernikahannya bulan depan. Selamat yaaah Mba :) :) :) :) :)

2 comments:

  1. Ima ini frida.. nemu blog loe gara2 blog walking dari blognya ari! hihihi... ima kayak loe gw pun sgt suka bikin kue.. dan gw paling suka kue yg ada aroma rumnya.. byk yg bilang "ih pake rum kan berarti pake alkohol" tp setau gw ya.. walaupun gw pake rum yg khusus buat kue bukan rum alkohol.. gw pernah baca, kalo alkohol itu menguap waktu dipanaskan... jd kalo kue kita melalui proses pemanggangan/ pengukusan etc, alkohol dr vanilla essence atau rum jadi ilang.. tp ya ini cuma info sih. Kalo gak yakin ya mendingan gak usah emang.. drpd dosa. hehehe..

    ReplyDelete
  2. hi frida,pakabs? iyah gw pnah dgr jg yg lo blg itu.. tapi kan mba In yg skrg hosmet-an ma gw punya pengetahuan yg berbeda dibanding 3 hosmet lainnya.. gara2 itu gw jadi ga brani pake vanilla essence lagi he..
    kan semakin rame yang nikmatin semakin seneng gw bikinnya :)

    ReplyDelete