Friday, July 03, 2009

Bule emang lebih keren! (jangan tersinggung, dicontoh lebih baik :)














Waktu jaman sekolah,
Saya punya sahabat yang cantik luar biasa.
Karena cantik, Ia sering ditawari main iklan atau film.
Sahabat saya ini sangat bangga dengan darah campuran yang Ia miliki.
Meski sudah cantik,
Ia sangat mengagumi bule.
Saya ingat, pada suatu hari Ia pernah berkata:
"Gila yaah ..bule tuh selalu keren...kita udah rapih-rapih..cantik-cantik
...tau-tau bule dateng cuma pake kaos..tetep aja dia lebih keren"

Pernyataannya teman saya itu pun diamini oleh teman-teman lain.
Semua mengagumi bule.
Semua ingin tampak seperti bule.
Dulu, saya pun lebih senang dikira bule daripada turunan arab :P
Karena bule lebih keren
Begitu katanya.

Setelah sering melihat dan berinteraksi dengan bule,
Saya merasa bahwa bule tidak sekeren itu.
Bule banyak juga yang aneh
amburadul
bau
tidak enak dilihat

Tapi ada satu hal dasar yang harus saya akui sangat sangat BAGUS dari bule!

Jika kecanggihan dokter kulit telah merubah kulit asia bisa tampak seperti kulit bule.
Bedah plastik bisa membuat yang terlahir tidak mancung menjadi mancung.
Sementara cat rambut bisa membuat warna rambut juga seperti bule.
Ada satu hal yang belum berubah.
Satu hal penting yang dimiliki Bule tapi belum dimiliki teman-teman saya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.


***

Semalam, teman saya sms.
Tangannya sakit.
Ia minta saya menggantikan pekerjaanya: membagikan majalah di corner swanston st dan bourke st.
Saya harus tiba di lokasi jam 7 pagi.
Awalnya saya malas,
karena malam itu saya masih latihan paskib di konjen.
Apalagi jam 7 pagi di musim dingin masih gelap gulita.
Tapi akhirnya, saya bersedia menggantikan dia.

Jam 11 malam,
saya pun ke rumah teman.
Ambil Rompi.
Topi.
Berwarna merah.
Bertuliskan city weekly.
Teman saya bilang: "tugaslo cuma diri aja, bagiin dua bundel majalah sampai habis. lo harus sampai jam 7 pagi, jangan telat! lo kerja sampai jam 9, inget yah jangan telat, dari rumahlo lo harus jalan jam 6!"
Saya bilang :OK

Sesampainya di rumah,
saya pun memasang alarm jam 5.
Tapi karena tidur terlalu larut, saya akhirnya bangun jam 6.46.
Panik.
Saya pun langsung ngibrit ke tram stop.
Dengan baju seadanya.

Begitu turun di Bourke St,
Saya lari dan mencari spot yang teman saya bilang.
Di pojok kanan saya tidak melihat tumpukan majalah
Di pojok kiri pun tidak ada.
Saya berkata dalam hati: "jangan-jangan karena saya telat 50 menit...majalahnya udah diambil sama dealernya...yah mati deh gw...bisa ditegor temen gw sama bosnya"

Tapi ternyata saya salah.
Tepat di depan pintu sebuah toko,
saya melihat 2 bundel tumpukan majalah.
Kira-kira ada 200an majalah.
Saya langsung mengeluarkan 'seragam' saya dari tas dan memakainya seketika.
Saya harus bergerak cepat karena waktu saya tinggal 1 jam 10 menit lagi.

Saya pun mulai membagikan majalah kepada setiap orang yang lewat.
Kali ini mayoritas bule yang lewat, sangat enak dilihat dari segi penampilan.
Cara berpakaiannnya bagus.
Perpaduan warnanya apik.
dan wangi :)

Saya pun menikmati membagikan majalah,
sambil memperhatikan cara berpakaian orang-orang.
Tak terasa,
belum 10 menit,
saya telah menghabiskan lebih dari 1/4 total tumpukan.

Semuanya bisa begitu cepat,
karena saya merasa bahagia.
saya teringat pengalaman serupa di Jakarta beberapa tahun yang lalu.
Selembar brosur bisa bertahan di tangan selama berjam-jam
karena saya tidak bahagia.

Saya kesal.
dengan tatapan bapak-bapak genit
tatapan ibu-ibu yang menganggap remeh.
ataupun kesal karena tidak digubris sedikitpun oleh mereka yang terlalu sombong untuk mengakui keberadaan saya dan brosur-brosur saya.

itu di Jakarta.

Tapi tadi pagi,
Banyak ibu-ibu bule mengenakan pakaian karya desainer dan tas senilai jutaan rupiah pun dengan ramah menyapa saya dan menerima majalah pemberian saya.
Mereka bahkan menyempatkan berhenti sebentar,
menatap saya dan berkata: terima kasih.

Sementara mereka yang menolak menerima majalah,
dengan ramah berkata: Gausah, terimakasih ya..

Saya pun masih menikmati pekerjaan saya, ketika ada kalanya pemberian saya ditolak berkali-kali oleh para pengguna jalan.
Dan,
Saya sangat terkejut
ketika seorang wanita muda tiba-tiba menghampiri dan berkata: Hi, I want one please!

Meski dari segi penghasilan dan penampilan, yang saya miliki jauh lebih rendah dari yang mereka punya, saya benar-benar merasa dihargai :)

Saya pun lupa bahwa saya harus menghabiskan tumpukan majalah dalam waktu yang sempit.


Jam 8.30
Tak terasa saya telah menghabiskan tumpukan majalah.
Saya berhasil menyelesaikan tugas dalam waktu 40 menit.
Saya pun melangkah dengan bahagia.

Semuanya berkat sikap positif yang dimiliki BULE.

Untuk yang satu ini,
saya harus mengakui bahwa BULE memang lebih KEREN!


2 comments:

  1. Anonymous4:01 PM

    khehehe... disini kita ingin dihargai tanpa menghargai orang.. entah kita dalam ketimuran yang telah luntur atau memang ketimuran itu begini??!! khehehe....

    ReplyDelete
  2. Anonymous6:02 PM

    emanng bener banget say.. :D
    gw jg pernah ngerasain hal yg sama.., mereka (para bule) mungkin karena well-educated kali ya.. jd lbh bisa menghargai sesama..
    beda banget dengan bangsa kita yg masih sangat materialisme banget..

    gw pernah gawe jd reception di kawasan kemang, yg kebanyakan bule.. mereka lebih appreciate gw dibanding orang indonesia or chinese.. :(

    ReplyDelete