Thursday, December 24, 2009
Tidak Pernah Putus
Saturday, December 19, 2009
Sekolah Kehidupan
Hari ini hari Kamis
Seperti biasa, saatnya membagi-bagikan majalah di Melbourne CBD setiap jam 7 pagi
Dari tempat tinggal saya yang baru, saya hanya perlu berjalan 2 blok.
Tidak sampai 10 menit.
Jam 6.45 saya pun telah siap meninggalkan apartemen.
Sebelum berangkat, Saya memasukkan botol jus ke dalam tas.
Ketika saya baru melintasi Bourke Street
Saya mengecek jam di hp yang saya letakkan di tas.
Ah, saya baru sadar, botol jus tidak tertutup rapat.
Air jus pun menggenangi tas saya.
Belum lagi buih-buih kuning butiran jeruk yang mengotori tas saya.
Seluruh isi tas saya pun basah dan kotor

Ah! Jorok!
Saya mengamankan HP dan dompet saya.
Membuang Botol Jus.
Menyempatkan membersihkan tas dan seragam saya sebentar.
Tapi masih terlalu kotor.
Saya pun tidak punya banyak waktu, karena seharusnya jam 7 saya telah tiba di Perempatan Collins dan Williams St
Tepat jam 7 pagi,
Biasanya akan ada sepasang suami istri imigran Itali melintasi perempatan tempat saya bertugas
Mereka selalu mengambil majalah saya.
Bukan hanya satu, tapi sekali banyak.
Sangat membantu meringankan pekerjaan saya :)
Pagi ini,
Ribet membersihkan tas saya sepanjang perjalanan,
Sepertinya saya akan terlambat sampai tempat tujuan,
Mungkin saya tidak akan bertemu pasangan itu
Saya akan butuh waktu lebih lama dari biasanya dalam membagikan majalah.
Ah itu mereka berjalan jauh di depan saya.
Saya pun berlari secepat mungkin agar bisa melampaui mereka
Saya tidak boleh kehilangan kesempatan memberikan majalah pada mereka,
Beruntung saya sempat menyapa pasangan ini ketika mereka melintas.
Seperti biasa, mereka pun mengambil puluhan majalah :)
Ah saya haus,
Tapi persediaan minum saya sudah sudah terbuang mengotori tas baru saya :(
Saya pun lapar.
Saya belum sempat sarapan.
Di seberang kiri ada Mc Donald.
Di seberang kanan ada Subway.
Ingin rasanya berjalan sebentar ke sana
Tapi di dompet saya sedang tidak ada uang tunai.
Saya pun tidak yakin ATM saya ada isinya. He.. :p
Ah saya tahan saja sampai saya selesai membagikan majalah.
Toh saya lagi pengen makan yang manis-manis.
Sejak kemarin saya sedang ingin makan coklat.
Di rumah saya punya roti, susu dan selai coklat :)
***
Rupanya, tumpahnya jus jeruk pada tas baru saya,
Mempengaruhi mood saya,
Hari ini saya tidak terlalu ceria.
Pekerjaan ini jadi terasa berat.
Saya pun berkali-kali merasa kecewa karena banyak orang menolak majalah yang hendak saya berikan.
Jika biasanya saya masih bisa tersenyum ketika ditolak oleh mereka yang melintas,
Entah kenapa pagi ini saya merasa tidak dihargai.
Kemarin-kemarin
Ketika ada kalanya saya merasa tidak dihargai.
Saya cuma bisa diam.
Entah kenapa saya tidak pernah berani mengeluh ketika saya merasa tidak dihargai.
Mungkin karena saya sadar saya pun seringkali lupa bagaimana pentingnya menghargai
***
Sewaktu bekerja di channel berita, saya terlatih melakukan sesuatu yang kini menjadi kebiasaan.
Saya bisa berkomunikasi dengan orang tanpa melihat atau menatap lawan bicara saya.
Dulu, pekerjaan saya menuntut saya untuk selalu fokus menatap 2 komputer ketika bekerja,
Saya tidak boleh luput memperhatikan rundown show dan mengecek materi berita
Sementara saya selalu suka mengobrol dan bercanda ketika bekerja.
Akibatnya, saya pun terbiasa mengobrol tanpa menatap lawan bicara saya
Sayangnya, kebiasan ini seringkali terbawa saat saya tidak bekerja.
Saya seringkali lupa bahwa kebiasaan ini bisa membuat orang merasa tidak dihargai.
Manusia
Selalu ingin dihargai
Tanpa berusaha menghargai.
Mungkin memang tidak sadar, tidak tahu caranya, ataupun lupa
Manusia.
***
Mau tidak mau, saya pun meneruskan pekerjaan saya.
Mencoba memberi majalah.
Tapi terlalu banyak orang yang menolak.
Hmmmh….. :(
Kalau abah saya tahu saya di sini bekerja membagi-bagikan majalah
Pasti dia marah luar biasa
Gengsi begitulah.
Atau mungkin dia khawatir bekerja bisa menganggu studi saya.
Sewaktu sekolah dulu, setiap kali saya mau mencari penghasilan tambahan,
Abah saya tidak pernah mendukung.
Ia selalu berkata: “Abah yang cari uang, tugas Ima Cuma sekolah”
Tapi saya suka sekali pekerjaan ini,
Saya selalu suka berinteraksi dengan manusia
Dan sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk belajar banyak dari kehidupan
Semoga Abah tidak akan marah
Toh saya tetap sekolah,
Sekolah di Sekolah Formal dan Sekolah Kehidupan :PpP~
***
Ah tumpukan majalah saya masih 3 bundel.
Saya sedang tidak bersemangat.
Saya kesal, haus juga lapar.
Tapi saya harus tetap di situ.
Dari kejauhan, saya melihat Susan tersenyum pada saya.
Susan adalah bos para pemberi majalah.
Seorang perempuan paruh baya yang mengelilingi setiap blok di kawasan CBD
Setiap Kamis pagi,
Ia berkeliling sambil mendorong kereta belanja.
Untuk mengecek kami yang bertugas membagikan majalah.
Orangnya hangat sekali.
Ia selalu tersenyum,
Menyapa,
Menyempatkan berhenti sebentar.
Dan tidak pernah lupa mencium pipi saya
Entah kenapa saya merasa Ia memperlakukan saya seperti seorang Ibu memperlakukan anaknya.
Baik sekali. :)
Pagi ini, Ia pun menyapa saya yang sedang tidak bersemangat,
Melihatnya tersenyum, saya pun ikut tersenyum.
Seperti biasa Susan menyapa dengan hangat.
Ia pun memberitahu:
“Ini minggu terakhir bekerja Tahun ini karena libur Natal dan Tahun Baru, kita akan kembali lagi pada 14 Januari 2010, daaan….. sebentar ya…”
Susan lalu membungkuk sedikit.
Ia merogoh sesuatu dari kereta belanjanya.
dan berkata: “I have something for you…and I hope you like chocolate”
Saya pun tersenyum lebar.
tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan:
“Waa, tentu saja saya suka coklat!!! Dari kemarin saya lagi kepingin makan coklat, Terimakasih banyak Susan ! :) :) :)
***
Ternyata dari sekian banyak orang yang tidak sadar bagaimana menghargai seseorang,
Selalu ada orang-orang baik yang tahu bagaimana menghargai dengan cara yang istimewa,
Hidup :)
Seperti biasa, saatnya membagi-bagikan majalah di Melbourne CBD setiap jam 7 pagi
Dari tempat tinggal saya yang baru, saya hanya perlu berjalan 2 blok.
Tidak sampai 10 menit.
Jam 6.45 saya pun telah siap meninggalkan apartemen.
Sebelum berangkat, Saya memasukkan botol jus ke dalam tas.
Ketika saya baru melintasi Bourke Street
Saya mengecek jam di hp yang saya letakkan di tas.
Ah, saya baru sadar, botol jus tidak tertutup rapat.
Air jus pun menggenangi tas saya.
Belum lagi buih-buih kuning butiran jeruk yang mengotori tas saya.
Seluruh isi tas saya pun basah dan kotor
Ah! Jorok!
Saya mengamankan HP dan dompet saya.
Membuang Botol Jus.
Menyempatkan membersihkan tas dan seragam saya sebentar.
Tapi masih terlalu kotor.
Saya pun tidak punya banyak waktu, karena seharusnya jam 7 saya telah tiba di Perempatan Collins dan Williams St
Tepat jam 7 pagi,
Biasanya akan ada sepasang suami istri imigran Itali melintasi perempatan tempat saya bertugas
Mereka selalu mengambil majalah saya.
Bukan hanya satu, tapi sekali banyak.
Sangat membantu meringankan pekerjaan saya :)
Pagi ini,
Ribet membersihkan tas saya sepanjang perjalanan,
Sepertinya saya akan terlambat sampai tempat tujuan,
Mungkin saya tidak akan bertemu pasangan itu
Saya akan butuh waktu lebih lama dari biasanya dalam membagikan majalah.
Ah itu mereka berjalan jauh di depan saya.
Saya pun berlari secepat mungkin agar bisa melampaui mereka
Saya tidak boleh kehilangan kesempatan memberikan majalah pada mereka,
Beruntung saya sempat menyapa pasangan ini ketika mereka melintas.
Seperti biasa, mereka pun mengambil puluhan majalah :)
Ah saya haus,
Tapi persediaan minum saya sudah sudah terbuang mengotori tas baru saya :(
Saya pun lapar.
Saya belum sempat sarapan.
Di seberang kiri ada Mc Donald.
Di seberang kanan ada Subway.
Ingin rasanya berjalan sebentar ke sana
Tapi di dompet saya sedang tidak ada uang tunai.
Saya pun tidak yakin ATM saya ada isinya. He.. :p
Ah saya tahan saja sampai saya selesai membagikan majalah.
Toh saya lagi pengen makan yang manis-manis.
Sejak kemarin saya sedang ingin makan coklat.
Di rumah saya punya roti, susu dan selai coklat :)
***
Rupanya, tumpahnya jus jeruk pada tas baru saya,
Mempengaruhi mood saya,
Hari ini saya tidak terlalu ceria.
Pekerjaan ini jadi terasa berat.
Saya pun berkali-kali merasa kecewa karena banyak orang menolak majalah yang hendak saya berikan.
Jika biasanya saya masih bisa tersenyum ketika ditolak oleh mereka yang melintas,
Entah kenapa pagi ini saya merasa tidak dihargai.
Kemarin-kemarin
Ketika ada kalanya saya merasa tidak dihargai.
Saya cuma bisa diam.
Entah kenapa saya tidak pernah berani mengeluh ketika saya merasa tidak dihargai.
Mungkin karena saya sadar saya pun seringkali lupa bagaimana pentingnya menghargai
***
Sewaktu bekerja di channel berita, saya terlatih melakukan sesuatu yang kini menjadi kebiasaan.
Saya bisa berkomunikasi dengan orang tanpa melihat atau menatap lawan bicara saya.
Dulu, pekerjaan saya menuntut saya untuk selalu fokus menatap 2 komputer ketika bekerja,
Saya tidak boleh luput memperhatikan rundown show dan mengecek materi berita
Sementara saya selalu suka mengobrol dan bercanda ketika bekerja.
Akibatnya, saya pun terbiasa mengobrol tanpa menatap lawan bicara saya
Sayangnya, kebiasan ini seringkali terbawa saat saya tidak bekerja.
Saya seringkali lupa bahwa kebiasaan ini bisa membuat orang merasa tidak dihargai.
Manusia
Selalu ingin dihargai
Tanpa berusaha menghargai.
Mungkin memang tidak sadar, tidak tahu caranya, ataupun lupa
Manusia.
***
Mau tidak mau, saya pun meneruskan pekerjaan saya.
Mencoba memberi majalah.
Tapi terlalu banyak orang yang menolak.
Hmmmh….. :(
Kalau abah saya tahu saya di sini bekerja membagi-bagikan majalah
Pasti dia marah luar biasa
Gengsi begitulah.
Atau mungkin dia khawatir bekerja bisa menganggu studi saya.
Sewaktu sekolah dulu, setiap kali saya mau mencari penghasilan tambahan,
Abah saya tidak pernah mendukung.
Ia selalu berkata: “Abah yang cari uang, tugas Ima Cuma sekolah”
Tapi saya suka sekali pekerjaan ini,
Saya selalu suka berinteraksi dengan manusia
Dan sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk belajar banyak dari kehidupan
Semoga Abah tidak akan marah
Toh saya tetap sekolah,
Sekolah di Sekolah Formal dan Sekolah Kehidupan :PpP~
***
Ah tumpukan majalah saya masih 3 bundel.
Saya sedang tidak bersemangat.
Saya kesal, haus juga lapar.
Tapi saya harus tetap di situ.
Dari kejauhan, saya melihat Susan tersenyum pada saya.
Susan adalah bos para pemberi majalah.
Seorang perempuan paruh baya yang mengelilingi setiap blok di kawasan CBD
Setiap Kamis pagi,
Ia berkeliling sambil mendorong kereta belanja.
Untuk mengecek kami yang bertugas membagikan majalah.
Orangnya hangat sekali.
Ia selalu tersenyum,
Menyapa,
Menyempatkan berhenti sebentar.
Dan tidak pernah lupa mencium pipi saya
Entah kenapa saya merasa Ia memperlakukan saya seperti seorang Ibu memperlakukan anaknya.
Baik sekali. :)
Pagi ini, Ia pun menyapa saya yang sedang tidak bersemangat,
Melihatnya tersenyum, saya pun ikut tersenyum.
Seperti biasa Susan menyapa dengan hangat.
Ia pun memberitahu:
“Ini minggu terakhir bekerja Tahun ini karena libur Natal dan Tahun Baru, kita akan kembali lagi pada 14 Januari 2010, daaan….. sebentar ya…”
Susan lalu membungkuk sedikit.
Ia merogoh sesuatu dari kereta belanjanya.
dan berkata: “I have something for you…and I hope you like chocolate”
Saya pun tersenyum lebar.
tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan:
“Waa, tentu saja saya suka coklat!!! Dari kemarin saya lagi kepingin makan coklat, Terimakasih banyak Susan ! :) :) :)
***
Ternyata dari sekian banyak orang yang tidak sadar bagaimana menghargai seseorang,
Selalu ada orang-orang baik yang tahu bagaimana menghargai dengan cara yang istimewa,
Hidup :)
Laki-Laki
Beberapa tahun yang lalu,
Sewaktu menunggu liputan di KPK,
Seorang wartawan perempuan pernah berkata pada saya: "gw baru benar-benar nyadar kalau 'laki-laki' tuh brengsek sejak gw jadi jurnalis..gila..dimana-mana godain cewe...bahkan driver pun yg ga punya duit ikut-ikutan tepe sana sini..emang dasar!
Saya mengamini: "Haha emang, gw yg tadinya protes jadi maklum sekarang...secara tiap hari ngeliat tuh cameraman sama driver godain cewe sana sini, yauda la ya, emang laki-laki begitu, yang penting mereka cuma iseng doang, tapi tetep tanggung jawab sama istrinya!
***
Dalam tiga hari terakhir,
Saya merasa diperlakukan tidak menyenangkan oleh kaum laki-laki
Beberapa hari yang lalu,
Saya mau ke graduation sahabat saya.
Ketika hendak menyeberang,
Seorang pria berdiri di sebelah saya,
Ia menatap saya dari atas sampai bawah
Lalu berkata sesuatu seolah-olah saya temannya.
Saya cuma diam
Saya suka mengobrol tapi saya tidak mau beramah tamah dengan seseorang yang menatap saya seperti itu.
Ia lalu berkata: "Ah, you just don't remember my name,do you?"
Saya lalu pergi, memilih menyebrang dari blok berikutnya.
Beberapa hari kemudian,
Saya kembali menghadiri graduation teman lain.
Pulangnya kami pergi makan malam.
Tidak terasa, waktu berjalan cepat.
Saya pun harus pulang ketika malam telah larut.
Sekarang saya tinggal di King st,
Sebuah kawasan di Melbourne CBD dimana berjejer banyak bar dan club
Bisa diduga orang mabuk pun dimana-mana.
Sepulangnya dari graduation,
Saya mengajak kedua teman yang rumahnya searah dengan saya untuk berjalan kaki bersama
Tapi mereka ingin naik tram
Karena mereka menggunakan sepatu berhak tinggi.
Saya pun ikut naik tram.
Meski Saya tahu, kalau naik tram saya tidak bisa jalan di rute biasanya
Saya cuma bisa turun di Bourke St
Melewati beberapa bar baru bisa mencapai rumah.
Ketika turun dari tram,
Saya pun pamit pada kedua teman saya.
Alhamdulillah jalanan sepi.
Di sini saya merasa jauh lebih aman jika saya harus melewati jalan yang sepi
Daripada jalan yang dipenuhi manusia mabuk.
Ternyata bukan cuma saya yang turun dari tram,
Tapi ada seorang laki-laki
Ia mengajak saya ngobrol sepanjang jalan,
Ia bercerita tentang dirinya
Sudah 20 tahun di Melbourne
Bekerja di Melbourne Town Hall
Bla Bla Bla
Saya tidak terlalu mendengarkan
Saya terlalu ngantuk.
Tiba-tiba saja Ia menunjukkan arah ke rumah saya.
Ia bilang: "Kamu belok ke kanan kan? Kita tetangga!"
Saya cuma mengangguk.
Mungkin memang benar Ia tetangga saya.
Saya belum hafal siapa saja tetangga saya, karena saya baru saja pindah.
Dan kami pun berjalan menyusuri King St,
Dari kejauhan saya bisa melihat banyak orang mabuk
Saya pikir beruntung juga ada orang laki berjalan di sebelah saya.
Laki-laki ini lalu berkata: "I hate those drunk people, lain kali kamu hati-hati jangan turun di Bourke St, Lebih baik turun di Lonsdale St"
Saya mendengarkan saran si tetangga: "Iya biasanya saya ga pernah naik tram, saya lebih suka jalan di LaTRobe St, karena ga ada orang biasanya kalau malam"
Tetangga menyanggah: "Oh, LaTrobe tidak ada tram setelah jam 9, lebih baik Lonsdale. Lihat ini belum weekend, orang mabuk udah banyak...hati-hati kalau jalan di King St, terutama hari jumat-minggu"
Ia lalu bertanya: "kamu muslim kan?"
Saya mengangguk
Ia pun juga muslim keturunan Turki.
Ia lalu berkata: "saya ingin lebih banyak ngobrol dengan kamu"
Saya bilang: "gampang lah kapan-kapan, toh tetangga ini, pasti sering ketemu"
Saya tidak sadar bahwa kami sudah berjalan hingga berada tepat di apartemennya, 270 King St.
Cuma beberapa gedung dari apartemen saya.
Ia mengundang: "come! let's have a coffee!
Saya tidak menyangka bahwa Ia mau mengobrol saat itu juga.
Saya pun menolak undangan untuk mengunjungi apartemen orang tak dikenal.
Ia bilang: "Come On, it's still early!"
Saya bilang: "gak ah...saya ngantuk..."
dalam hati saya berucap ("early dari hongkong! udah mau jam 1 tong! kalaupun ini pagi hari, males bgt gw masuk2 ke apartemen orang gak dikenal")
Ia pun terus berbicara, tapi saya terlalu mengantuk.
Saya pun meneruskan berjalan tanpa pamit
Ia bilang : "you've just missed a chance!"
Saya terus melangkah.
Ia lalu mengikuti : "Ok lain kali saja kalau begitu, sekarang saya antarkan kamu sampai ke rumah kamu...tapi saya belum tahu nama kamu"
Ia lalu menjulurkan tangannya, menyebut nama dan mengeja namanya: "Arda , A-R-D-A, No kamu berapa?"
Saya pun mengeluarkan hp saya: "berapa no kamu, sini saya save, nanti saya miskol"
Saya buru-buru pamit
Ketika saya sedang memencet tombol untuk memasuki apartemen.
Tiba-tiba saja Ia muncul di belakang saya: "Mobile phone saya belum juga berdering!"
Saya pun buru-buru membuka pintu, masuk, dan pamit: "Hp saya lowbatt...see you!"
Pintu pun tertutup rapat
LowBatt!
***
Tapi Hari ini,
Meski baterai Hp saya penuh.
Saya rasa dimatikan jauh lebih baik.
Pagi ini, saya ada pertemuan di Konjen RI bersama dengan para penerima beasiswa lainnya
Di pertemuan ini, hadir beberapa pejabat dari Indonesia
Seseorang yang harus saya temui kebetulan seorang pejabat yang mengepalai pemberian beasiswa
Semua teman saya tahu bahwa saya kurang respek sama bapak itu.
Bahkan saya pernah keceplosan di depan pegawainya.
Ia cuma bilang: "wajar lah, namanya juga laki-laki!"
Karena saya tahu itu normal, dan diyakini 'wajar'
Saya pun memilih jauh-jauh dari bapak itu.
Setelah pertemuan selesai,
Bapak itu bertanya: "abis sini kamu mau kemana?"
saya bilang: "ke city, pulang!"
Saya lalu membantu Tante Diana membersihkan wadah wadah makanan.
Ketika semuanya hendak pulang,
Bapak itu lalu berkata: " Ya, saya ada mobil, saya mau ke city, siapa yang mau ikut ke city tapi cuma bisa 2 orang lagi yang ikut?"
Teman saya S tunjuk tangan.
Bapak itu melihat ke arah saya: "Kamu ke city kan pulangnya? yaudah, sekalian!"
Bapak itu pun lebih dulu memasuki mobil.
Saya segera mengajak teman-teman untuk ikut memasuki mobil.
Tapi semua teman menolak karena mobilnya cuma untuk 4 orang. 1 Supir dan 3 Penumpang.
Saya melihat bapak itu duduk di belakang.
Saya pun langsung melangkah ke depan, saya mau duduk di kursi depan saja
Bapak itu lalu berkata: "eh itu buat si S, kamu duduk di belakang saja"
Saya pun duduk di sebelah bapak itu.
Ia berkata: "nanti temani saya yah jalan-jalan!"
Saya bingung
Saya memang kurang respek sama bapak ini sejak pertama mengenalnya,
Tapi ia orang pemerintahan yang membiayai kuliah saya dan harus saya hormati.
Saya pun bertanya: "mau kemana pak?"
Ia bilang: "yah kemana saja yang khas dari Melbourne"
Saya pun melempar pada teman saya yang duduk di depan: " mau kemana nih kita mas S?"
Bapak itu lalu berkata: "eh S beda,dia punya acara lain abis sini..ini dia cuma ikut dianterin aja"
Saya terkejut: Hah? mau kemana mas S?
Mas S: "Mau ada BBQ di Lake Coburg!"
Saya: "Yaudah, gimana kalau kita ikut kesana aja pak?"
Di mobil, saya sibuk mengetik sms.
Saya mengirim pesan kepada 2 anak Phd agar menunggu Di Melbourne Central
Saya tidak nyaman kalau harus menemani pejabat macam ini
Bapak itu menanyakan no HP saya dan meminta saya menyimpan no HP dia.
Tiba-tiba saja ia berkata: "Apa siang ini kamu mau pergi BBQ aja ikut si S? apa jalannya sama saya nanti malam saja?"
Saya spontan berbohong: "Gak bisa, saya ada acara masak-masak sama housemates"
Bapak itu lantas menanyakan usia dan status saya: "Kamu masih sendiri kan? udah ada Calon?"
Saya kembali berbohong: Udah
Bapak Pejabat: Dimana?
Saya:di jakarta
Bapak Pejabat: oooh di Jakarta...wah trus gimana dong komunikasinya.
dalam hati lagi saya berteriak (urusaan lo?!) tapi saya cuma berkata: "gampang lah"
Ia lalu berkata: "wah jauh-jauhan gitu..lupa dong ya sama pacarnya!"
saya bilang: "gak kok...!"
Ia lalu berkata: "Bukan kamu , tapi dia yang lupa, Hahaha!
Dalam hati lagi saya berkata: "itu sih bapak! baru ke luar negeri berapa hari..langsung lupa ma istrinya!"
'Laki-laki'!

Sewaktu menunggu liputan di KPK,
Seorang wartawan perempuan pernah berkata pada saya: "gw baru benar-benar nyadar kalau 'laki-laki' tuh brengsek sejak gw jadi jurnalis..gila..dimana-mana godain cewe...bahkan driver pun yg ga punya duit ikut-ikutan tepe sana sini..emang dasar!
Saya mengamini: "Haha emang, gw yg tadinya protes jadi maklum sekarang...secara tiap hari ngeliat tuh cameraman sama driver godain cewe sana sini, yauda la ya, emang laki-laki begitu, yang penting mereka cuma iseng doang, tapi tetep tanggung jawab sama istrinya!
***
Dalam tiga hari terakhir,
Saya merasa diperlakukan tidak menyenangkan oleh kaum laki-laki
Beberapa hari yang lalu,
Saya mau ke graduation sahabat saya.
Ketika hendak menyeberang,
Seorang pria berdiri di sebelah saya,
Ia menatap saya dari atas sampai bawah
Lalu berkata sesuatu seolah-olah saya temannya.
Saya cuma diam
Saya suka mengobrol tapi saya tidak mau beramah tamah dengan seseorang yang menatap saya seperti itu.
Ia lalu berkata: "Ah, you just don't remember my name,do you?"
Saya lalu pergi, memilih menyebrang dari blok berikutnya.
Beberapa hari kemudian,
Saya kembali menghadiri graduation teman lain.
Pulangnya kami pergi makan malam.
Tidak terasa, waktu berjalan cepat.
Saya pun harus pulang ketika malam telah larut.
Sekarang saya tinggal di King st,
Sebuah kawasan di Melbourne CBD dimana berjejer banyak bar dan club
Bisa diduga orang mabuk pun dimana-mana.
Sepulangnya dari graduation,
Saya mengajak kedua teman yang rumahnya searah dengan saya untuk berjalan kaki bersama
Tapi mereka ingin naik tram
Karena mereka menggunakan sepatu berhak tinggi.
Saya pun ikut naik tram.
Meski Saya tahu, kalau naik tram saya tidak bisa jalan di rute biasanya
Saya cuma bisa turun di Bourke St
Melewati beberapa bar baru bisa mencapai rumah.
Ketika turun dari tram,
Saya pun pamit pada kedua teman saya.
Alhamdulillah jalanan sepi.
Di sini saya merasa jauh lebih aman jika saya harus melewati jalan yang sepi
Daripada jalan yang dipenuhi manusia mabuk.
Ternyata bukan cuma saya yang turun dari tram,
Tapi ada seorang laki-laki
Ia mengajak saya ngobrol sepanjang jalan,
Ia bercerita tentang dirinya
Sudah 20 tahun di Melbourne
Bekerja di Melbourne Town Hall
Bla Bla Bla
Saya tidak terlalu mendengarkan
Saya terlalu ngantuk.
Tiba-tiba saja Ia menunjukkan arah ke rumah saya.
Ia bilang: "Kamu belok ke kanan kan? Kita tetangga!"
Saya cuma mengangguk.
Mungkin memang benar Ia tetangga saya.
Saya belum hafal siapa saja tetangga saya, karena saya baru saja pindah.
Dan kami pun berjalan menyusuri King St,
Dari kejauhan saya bisa melihat banyak orang mabuk
Saya pikir beruntung juga ada orang laki berjalan di sebelah saya.
Laki-laki ini lalu berkata: "I hate those drunk people, lain kali kamu hati-hati jangan turun di Bourke St, Lebih baik turun di Lonsdale St"
Saya mendengarkan saran si tetangga: "Iya biasanya saya ga pernah naik tram, saya lebih suka jalan di LaTRobe St, karena ga ada orang biasanya kalau malam"
Tetangga menyanggah: "Oh, LaTrobe tidak ada tram setelah jam 9, lebih baik Lonsdale. Lihat ini belum weekend, orang mabuk udah banyak...hati-hati kalau jalan di King St, terutama hari jumat-minggu"
Ia lalu bertanya: "kamu muslim kan?"
Saya mengangguk
Ia pun juga muslim keturunan Turki.
Ia lalu berkata: "saya ingin lebih banyak ngobrol dengan kamu"
Saya bilang: "gampang lah kapan-kapan, toh tetangga ini, pasti sering ketemu"
Saya tidak sadar bahwa kami sudah berjalan hingga berada tepat di apartemennya, 270 King St.
Cuma beberapa gedung dari apartemen saya.
Ia mengundang: "come! let's have a coffee!
Saya tidak menyangka bahwa Ia mau mengobrol saat itu juga.
Saya pun menolak undangan untuk mengunjungi apartemen orang tak dikenal.
Ia bilang: "Come On, it's still early!"
Saya bilang: "gak ah...saya ngantuk..."
dalam hati saya berucap ("early dari hongkong! udah mau jam 1 tong! kalaupun ini pagi hari, males bgt gw masuk2 ke apartemen orang gak dikenal")
Ia pun terus berbicara, tapi saya terlalu mengantuk.
Saya pun meneruskan berjalan tanpa pamit
Ia bilang : "you've just missed a chance!"
Saya terus melangkah.
Ia lalu mengikuti : "Ok lain kali saja kalau begitu, sekarang saya antarkan kamu sampai ke rumah kamu...tapi saya belum tahu nama kamu"
Ia lalu menjulurkan tangannya, menyebut nama dan mengeja namanya: "Arda , A-R-D-A, No kamu berapa?"
Saya pun mengeluarkan hp saya: "berapa no kamu, sini saya save, nanti saya miskol"
Saya buru-buru pamit
Ketika saya sedang memencet tombol untuk memasuki apartemen.
Tiba-tiba saja Ia muncul di belakang saya: "Mobile phone saya belum juga berdering!"
Saya pun buru-buru membuka pintu, masuk, dan pamit: "Hp saya lowbatt...see you!"
Pintu pun tertutup rapat
LowBatt!
***
Tapi Hari ini,
Meski baterai Hp saya penuh.
Saya rasa dimatikan jauh lebih baik.
Pagi ini, saya ada pertemuan di Konjen RI bersama dengan para penerima beasiswa lainnya
Di pertemuan ini, hadir beberapa pejabat dari Indonesia
Seseorang yang harus saya temui kebetulan seorang pejabat yang mengepalai pemberian beasiswa
Semua teman saya tahu bahwa saya kurang respek sama bapak itu.
Bahkan saya pernah keceplosan di depan pegawainya.
Ia cuma bilang: "wajar lah, namanya juga laki-laki!"
Karena saya tahu itu normal, dan diyakini 'wajar'
Saya pun memilih jauh-jauh dari bapak itu.
Setelah pertemuan selesai,
Bapak itu bertanya: "abis sini kamu mau kemana?"
saya bilang: "ke city, pulang!"
Saya lalu membantu Tante Diana membersihkan wadah wadah makanan.
Ketika semuanya hendak pulang,
Bapak itu lalu berkata: " Ya, saya ada mobil, saya mau ke city, siapa yang mau ikut ke city tapi cuma bisa 2 orang lagi yang ikut?"
Teman saya S tunjuk tangan.
Bapak itu melihat ke arah saya: "Kamu ke city kan pulangnya? yaudah, sekalian!"
Bapak itu pun lebih dulu memasuki mobil.
Saya segera mengajak teman-teman untuk ikut memasuki mobil.
Tapi semua teman menolak karena mobilnya cuma untuk 4 orang. 1 Supir dan 3 Penumpang.
Saya melihat bapak itu duduk di belakang.
Saya pun langsung melangkah ke depan, saya mau duduk di kursi depan saja
Bapak itu lalu berkata: "eh itu buat si S, kamu duduk di belakang saja"
Saya pun duduk di sebelah bapak itu.
Ia berkata: "nanti temani saya yah jalan-jalan!"
Saya bingung
Saya memang kurang respek sama bapak ini sejak pertama mengenalnya,
Tapi ia orang pemerintahan yang membiayai kuliah saya dan harus saya hormati.
Saya pun bertanya: "mau kemana pak?"
Ia bilang: "yah kemana saja yang khas dari Melbourne"
Saya pun melempar pada teman saya yang duduk di depan: " mau kemana nih kita mas S?"
Bapak itu lalu berkata: "eh S beda,dia punya acara lain abis sini..ini dia cuma ikut dianterin aja"
Saya terkejut: Hah? mau kemana mas S?
Mas S: "Mau ada BBQ di Lake Coburg!"
Saya: "Yaudah, gimana kalau kita ikut kesana aja pak?"
Di mobil, saya sibuk mengetik sms.
Saya mengirim pesan kepada 2 anak Phd agar menunggu Di Melbourne Central
Saya tidak nyaman kalau harus menemani pejabat macam ini
Bapak itu menanyakan no HP saya dan meminta saya menyimpan no HP dia.
Tiba-tiba saja ia berkata: "Apa siang ini kamu mau pergi BBQ aja ikut si S? apa jalannya sama saya nanti malam saja?"
Saya spontan berbohong: "Gak bisa, saya ada acara masak-masak sama housemates"
Bapak itu lantas menanyakan usia dan status saya: "Kamu masih sendiri kan? udah ada Calon?"
Saya kembali berbohong: Udah
Bapak Pejabat: Dimana?
Saya:di jakarta
Bapak Pejabat: oooh di Jakarta...wah trus gimana dong komunikasinya.
dalam hati lagi saya berteriak (urusaan lo?!) tapi saya cuma berkata: "gampang lah"
Ia lalu berkata: "wah jauh-jauhan gitu..lupa dong ya sama pacarnya!"
saya bilang: "gak kok...!"
Ia lalu berkata: "Bukan kamu , tapi dia yang lupa, Hahaha!
Dalam hati lagi saya berkata: "itu sih bapak! baru ke luar negeri berapa hari..langsung lupa ma istrinya!"
'Laki-laki'!
Thursday, December 17, 2009
B u k a n c i n t a part II

Minggu kedua November 2009.
Hari-hari saya belum banyak berubah :(
Kamis pagi,
Saatnya membagikan majalah.
Di perjalanan, saya bertemu Brama di Tram 19.
Brama adalah mahasiswa Indonesia di RMIT University.
Usianya belum genap 20 tahun.
Saya tidak terlalu kenal Brama.
Tapi saya tahu reputasinya sebagai seorang pemuda yang berdedikasi tinggi.
Setiap minggu pagi Ia mengajar anak-anak mengaji di Masjid westall.
Tidak pernah absen maupun terlambat.
Padahal Ia menetap di Coburg.
Dari Ujung ke ujung!
Pagi itu,
Ia menyapa saya dengan ramah.
Brama: “ei, Ima apakabar? Udah lama gak ketemu..”
Ima: “ yah..lagi stress Bram… thesis gue gak ada kemajuan…udah berapa kali kumpulin proposal disuruh ulang terus.. ..
gue sedih deh Bram…dulu gue nyari beasiswa penasaran kayak apa sih rasanya kuliah di luar negeri…
eh pas kuliah di sini gw baru tau..ternyata paling enak tinggal dekat sama keluarga…tau gini gw gak usah nyari beasiswa ke luar..malah bikin thesis bikin hidup stress!..sorry ya Bram, gue jadi curhat gini he...”
Brama mengangguk dalam senyum:
“Iya kayaknya gue liat kakak gue juga stress banget bikin thesis. Tapi semangat, jangan nyerah Ima. Belum tentu apa yang elo pikir baik itu menurut Allah adalah yang terbaik buat lo!”
Saya termenung sejenak :
“Iya yah Bram, bener juga lo…wah beruntung pagi ini gue ketemu lo…dapet nasehat bagus =)
Ketika tram melintasi Victoria Market, perbincangan kami berakhir.
Setiap jam 7 pagi, Brama bekerja membuka salah satu kios di pasar
Sementara saya membagikan majalah.
Kurang beruntung,
Pagi itu hujan.
Saya suka berjalan atau berlari di tengah hujan.
Tapi, saya tidak suka ketika saya harus bekerja di kala hujan.
Semuanya menjadi susah.
Saya harus mencari tempat berlindung.
Sementara semua pengguna jalan mempercepat langkah mereka.
Mereka menolak menerima majalah saya :(
Menit demi menit.
Tumpukan majalah saya tidak kunjung berkurang :(.
Saya pun letih berdiri di tengah lalu lalang pejalan kaki yang tidak mempedulikan saya :(
Saya melangkah ke gedung terdekat,
Berteduh sebentar.
Karena kala itu saya tidak membawa payung.
Dari bawah atap gedung, saya melihat semua pejalan kaki sibuk dengan dirinya masing-masing.
Rupanya, banyak dari mereka yang tidak membawa payung.
Tak heran, mereka semua terburu-buru.
Hingga, saya melihat seorang pria hendak menyeberang.
Saya tahu pria itu.
Tampan :p
Saya pun berhenti berteduh dan kembali melangkah ke tempat saya biasa membagikan majalah.
Saya ingin mencoba memberikan majalah pada dia :p
Ketika lampu pejalan kaki berwarna hijau,
Ia pun melangkah mendekat :)
Tapi, tidak seperti biasanya,
Kali ini Ia melangkah bersama seorang perempuan di sisinya: “pacarnya kah?”
Ah, mungkin saja Cuma teman! :P
Saya pun menyiapkan dua majalah untuk Dia dan temannya :)
Belum sempat saya memberikan majalah,
Mereka menghentikan langkahnya.
Si perempuan tampak kurang sehat.
Si pria lantas membelai rambut sang perempuan, berkata-kata, lantas mencium keningnya.
Daaaaaar!
Rupanya benar mereka sepasang kekasih.
Entah kenapa, saya pun membatalkan niat untuk memberikan majalah pada mereka.
Mendadak enggan begitu saja.
Tak berapa lama mereka berpisah,
Si wanita berjalan menuju King St,
Sementara sang pria melangkah menuju Queen St,
Saya terdiam.
Hingga seseorang membuyarkan lamunan saya: “Hi…can I have one please?”
Saya lantas memberikan satu dari dua majalah di genggaman tangan kanan saya.
Seorang perempuan muda menerima majalah saya sambil tersenyum :)
Saya pun membalas senyuman perempuan di depan saya.
Cantik dan Modis.
Ia mengenakan sebuah gaun selutut berwarna hitam dengan ornament putih di leher dan lengan.
Eh, saya kenal gaun ini.
Tahun lalu,
Saya melihat gaun ini di sebuah etalase toko.
Saya suka sejak pertama melihatnya.
Saya pun masuk ke dalam toko.
Wah, harganya mahal.
Saya lantas berniat menunggu hingga musim diskon tiba.
26 Desember 2008,
Semua orang sibuk berbelanja
Boxing Day: Melbourne penuh dengan pesta diskon.
Saya pun kembali ke toko tempat saya melihat gaun dulu.
Tapi saya pulang dengan kecewa.
Gaun itu sudah tidak ada :(
Seseorang telah membelinya.
Tak disangka,
Pagi itu,
Saya kembali melihat gaun itu.
Tapi Ia membalut tubuh orang lain.
Gaun ini tetap sama seperti pertama saya melihatnya.
Bagus.
Tapi entah kenapa Ia tidak lagi semenarik yang dulu.
Mungkin, karena saya sudah tidak lagi memiliki keinginan untuk memilikinya.
I k h L a s :)
Subscribe to:
Posts (Atom)