Friday, April 10, 2009

Anak Indonesia















Dia bilang: “orang Indonesia selalu menangis, cengeng!”

Gue bilang: “Gak, orang Indonesia Tidak selalu menangis!”

Orang Indonesia Tidak Menangis jika Tidak Perlu.

Di sini, seorang anak mungkin menangis karena terjatuh.
Terjatuh di lantai yang halus.

Di Indonesia, banyak anak dengan usia yang sama, tidak menangis
Cuma karena satu luka.

Kaki anak Indonesia telah penuh dengan luka
Terjatuh sedikit pun tidak ada rasanya
Tidak pula sanggup membuat mereka meneteskan air mata

Anak Indonesia biasa memanjat pohon
Anak Indonesia di perkotaan pun biasa memanjat pagar :p
Anak Indonesia biasa melompat dari bis,
bukan cuma bis tapi juga truk atau kereta

Anak Indonesia biasa terjatuh di jalan yang kasar, penuh kerikil, atau belum beralaskan aspal sekalipun.
Tapi terjatuh adalah resiko, bukan pemicu tangisan.

Anak Indonesia biasa berjuang.
karena tidak ada yang mudah di Indonesia.

Tahukah kamu Apa yang membuat mereka menangis?

Ibu Arsad, warga Jakarta Utara, menangis karena tidak bisa sembahyang.
Perlengkapan solat nya terbakar bersama rumahnya di kawasan permukiman liar.

Sri, 9 tahun, menangis menjelang petang.
Ia menangis karena tidak kunjung menghasilkan cukup uang untuk membantu sang ibu membayar sewa rumah.

Sementara Sarah menangis karena khawatir tidak bisa melunasi uang sekolah adik-adiknya.


Sri dan teman-temannya
Setiap hari mengamen sebelum pergi ke sekolah.
Coba tanya : Apa cita-cita kamu Sri?
Kata Sri: “beli rumah buat Ibu”


Anak Indonesia menangis karena mengkhawatirkan ibunya.
Anak Indonesia rela ‘berjuang’ untuk ibunya

Tapi di Indonesia
‘berjuang’ mungkin telah menjadi bagian dari keseharian

Untuk mengecap bangku sekolah, anak Indonesia harus bersaing dengan ribuan pendaftar

Untuk bisa duduk di bis pun, anak Indonesia harus ‘berjuang’ dalam persaingan.
Tapi, anak Indonesia tidak mudah menyerah.
Anak Indonesia juga tidak pernah kehabisan trik :p
Tangga di dalam bis bisa difungsikan menjadi tempat duduk yang nyaman :p
Bantal tambahan dekat kursi sang supir pun masih bisa berfungsi seperti kursi :p
Jika terpaksa, pangkuan teman pun tidak menjadi masalah :p
Yang penting kan kebersamaan,
Begitulah Anak Indonesia.

Untuk mendapatkan sebuah kursi di perguruan tinggi negeri pun, anak Indonesia harus bersaing dengan ratusan ribu peminat lainnya

Jika berhasil, anak Indonesia menangis karena melihat senyum orangtuanya

Jika gagal pun, Anak Indonesia menangis,
Tapi menangis bukan karena kegagalannya,

Anak Indonesia menangis karena takut mengecewakan orangtuanya.

Karena
Anak Indonesia peduli pada orangtua.

Anak Indonesia
tidak meninggalkan orangtuanya
Anak Indonesia
tidak menitipkan orangtuanya di panti jompo.

Anak Indonesia akan menangis melihat orangtuanya berjalan tertatih-tatih di jalan raya

Anak Indonesia akan menangis melihat orangtuanya berjalan seorang diri dalam kedinginan.

Masih pantas bilang orang Indonesia "cengeng"?

No comments:

Post a Comment